Kamis, 19 Juli 2012

Your Promise 3

Maaf ya lama banget(; bukunya akhirnya ketemu!\m/ *cheering*
Gausah basabasi lagi langsung lanjut yaw~
Kalian pasti tau ini siapa hehe;b
 Enjoy Part 3(:

" Travis, you're scaring me! " kataku dengan muka setengah cemberut
" Ehehe okok don't be mad princess(; Seems like your friend is busy. So, what are you going to do now?" Jawabnya dengan muka aku-tidak-bersalah
" I don't know.. Masa balik ke rumah lagi sih " kepalaku tertunduk
" Then, pergi sama aku mau? Kita jalan-jalan ke mall, lagian aku butuh bantuan nih skalian refreshing.. " ajaknya
Aku meng-iyakan ajakannya dan langsung masuk ke mobilnya dan berangkat.
Selama perjalanan muka Travis terlihat sangat senang dan itu membuatku bingung. Ada dua pilihan, satu, dia senang karena aku akan membantunya dengan sesuatu itu. Dan dua, dia senang karena aku akan pergi berdua bersamanya. Tapi kelihatannya pilihan kedua tidak mungkin jad-
"Kita sudah sampai, Char " katanya membuyarkan lamunanku
" Oh, iya.. Ayo turun " jawabku
Dan lagi, selama berjalan pikiranku mulai melayang-layang entah kemana. Tapi yang pasti sesuatu yang tidak ingin kupikirkan muncul di benakku. Draine. Entah bagaimana ia bisa muncul dan membuat otakku melakukan flashback secara otomatis. Hal selanjutnya yang kusadari adalah aku menabrak seseorang dan terjatuh dan secara refleks Travis menahanku agar tidak jatuh.
" Oh, sorry sorry, i mean, maksudku maaf. Ini salahku aku aka- " kata kataku terhenti begitu melihat siapa orang yang kutubruk itu.
" Edmund? "
" Elline? " kita mengatakannya bersamaan lalu menertawakannya.
" Lagi ngapain disini? " tanyanya sambil membetulkan bajunya
" Cuma jalan-jalan aja kok.. You? " tanyaku balik
" Same here.. Oh and this is my younger sister, Lucy. I noticed, you were looking at her all the time.. " katanya sambil menunjuk seorang gadis paruh baya yang berjalan disampingnya
" Nice to meet you, i'm Elline. " aku mengulurkan tangan sambil tersenyum lebar kearahnya dan dia oun menyambutnya dengan hangat
" Char? " Dan aku hampir lupa akan Travis.
" Oh, and this is my friend's brother, Travis " aku memperkenalkan Travis kepada mereka dan mereka saling berjabat tangan
" Kalau begitu aku duluan ya, bye see you soon " Ia dan Lucy melambaikan tangannya sambil tersenyum dan aku tetap menatap mereka hingga sosok mereka hilang di tikungan.
" Jadi, kau mamu membantuku? " Travis bertanya
" Membantu apa? "
" Kau akan tau "
Ternyata dia hanya memintaku untuk bantu memilih kado untuk ulang tahun ibunya minggu depan. Seharian ini Travis benar-benar baik padaku dan dia juga bersikap layaknya seorang gentleman.
Sekitar pukul 4 sore dia mengantarku pulang. Dan tepat didepan pintu rumahku, ia mencium tanganku lagi lalu memelukku sambil berbisik " Thanks for today "
Jika ini terus berlanjut mungkin aku bisa melupakan Draine dan berpindah hati ke dia:/ Tapi sepertinya itu tidak mungkin. Karena Draine sudah seperti hidupku dan aku sudah bertekad untuk terus menunggunya memenuhi janjinya.
Malam itu aku tidak bisa tidur entah kenapa banyak pikiran.
Esok paginya Sebastian mengganggu tidurku dengan sebuah surat dari Carrick Family yang berisi undangan untuk ball seperti biasa di villa mereka.
Awalnya aku tidak berniat untuk datang tapi mengingat akan ada Edmund entah kenapa aku langsung bersemangat.
Waktu serasa berjalan sangat cepat tibatiba sudah sore dan aku harus mulai bersiapsiap.

~ END PART 3 ~
Silahkan tunggu part lanjutannyaa
Sekali lagi tolong comment ya kita butuh saran(:
Ciao~
-C :3

Rabu, 20 Juni 2012

Dear Readers,

Aku punya sad news.
Bukuku yg isinya screenplay " Your Promise " ilang.
Jadi, lanjutan Your Promise kemungkinan bakal lama di postnya. Aku inget garis besarnya dan mungkin bisa lanjutin cuma mungkin bakal jd jelek kalo ditulis ulang soalnya itu cerita pertamaku.
Maaf ya): Tapiii dont worryyy author Violetta udah post crita barunya dan yang udah lama jadi bakal banyak new post ntarr. Fyi, With You itu karangan author Violetta(:
Sekali lagi maaf. Bukunya masih dicari:)

Thankyou for your attention!

-Charlene xx

With You (Part 2)


Disclaimer: Suzanne Collin's
Summary: Cato/OC
Timeline: The 74th Hunger Games
WARNING: OOC, Gaje, Jelek, Misstypo(s), dsb
RnR please :D
oooOOOoooooOOOOooooOOOOooooOO
Besok masih banyak urusan tentang Hunger Games yang belum terselesaikan.
Aku harus mengajukan diri sebagai peserta. Mungkin dengan Cato di sampingku.



Chelsea's POV

Pagi yang cerah, membuat wajahku ikut cerah juga. Hari ini dari anak-anak berumur 12 sampai 18
tahun akan dipilih satu perempuan dan satu laki-laki untuk dikirim ke Hunger Games.
Kalau di Distrik 2, tempatku, beberapa bisa mengajukan diri karena kami termasuk
kebanggaan Capitol. Dan aku akan mengajukan diri.

Sekitar jam delapan tepat, aku dan semua orang warga Distrik Dua berjalan dengan tenang
menuju alun-alun. Kami berbaris sesuai umur, para anak berumur 12 sampai 18 tahun diutamakan.
Terlihat dari belakang panggung muncul Leena Clockwork. Seperti biasa, pakaian minim dan
serba bulu-bulu menghiasi tubuh indahnya. "Selamat pagi, semua. Hari ini hari yang indah, bukan?
Ya, Hunger Games ke-74 akan dimulai. Semoga keberuntungan menyertaimu selalu!"
serunya dengan suara yang mirip dengan tikus tercekik.


"Seperti biasa, perempuan terlebih dahulu… Ada yang ingin.. mengajukan diri?" tanya Leena.
Dengan cepat, aku mengulurkan tangan kananku, tinggi-tinggi. Mata Leena yang hijau
menangkap gerakan tanganku yang cepat. Tangannya terulur, menyuruhku untuk naik ke
podium. Para Penjaga Perdamaian yang memakai serba putih mempersilahkan aku untuk naik
ke podium.


"Baiklah, anak manis. Siapa namamu?" Tanya Leena, sedikit menyeringai. "Chelsea Evans."
Dengan suaranya yang menyebalkan ia membalas, "Aaah, tak ingin kalah dari kakakmu yang
tampan itu, kan?" Aku mendelik. Mentang-mentang badan bagus dan wajah sempurna,
ia merayu semua pria tampan di Distrik Dua. "Well, terima kasih sudah mengajukan diri, Chelsea."

Baiklah, laki-laki?" ringkas Leena. Aku melihat Cato.
Dengan tegas ia mengangkat tangan kanannya. Tangan Leena terulur, menyuruhnya
untuk naik ke podium.

Setiap langkah Cato, aku memperhatikan bahwa pandangan matanya
tak pernah lepas dariku seakan-akan mengatakan, 'Aku tak akan melepaskanmu, Lisca.'
Oh, baiklah. Terserah kau, yang penting aku mengikuti permainan ini.

Cato naik ke podium. Sambutan Leena terhadap Cato berbeda denganku.
Tangannya yang mulus terulur untuk merangkul pinggang Cato yang faktanya memang
lebih tinggi sekitar 40 cm darinya. Aku mendengus, menahan tawa.
Pendek sekali dia, aku saja hanya berbeda 15 cm darinya.
Cato merasa risih dengan kelakuan perempuan genit itu.
Dengan agak keras namun tetap dengan cara yang lembut ia melepaskan rangkulan perempuan itu.

Leena terlihat tak peduli, "Namamu, manis?" Matanya berkedip-kedip genit.
Sampai-sampai aku ingin menemukan apakah ada yang terselip di matanya sehingga
membuatnya harus berkedip-kedip seperti orang yang kelilipan.
"Tak usah pakai kata itu. Aku Cato," gumam Cato, cuek.
Leena bertepuk tangan, "Mari beri semangat untuk kedua tribute kita!"
Semua orang di distrik bertepuk tangan meriah. Orang tuaku berpelukan senang.
Leena menatap aku dan Cato, "Bersalaman."

Aku menatap Cato sejenak lalu menyunggingkan senyum.
Bukan senyum kosong seperti biasa, namun senyum tanda terima kasih. C
ato menulurkan tangan kanannya. Aku membalas salamnya.
Di permulaan Hunger Games kami memang bisa menjadi sekutu, namun jika keadaan
sudah tergencet kami akan menjadi musuh.
Aku tak bisa membayangkan itu sekarang.
Apalagi merasakan genggaman kuat persahabatan dan cinta yang hangat dari tangan Cato.


Author's Note: Maaf jelek banget Baru permulaan nih belum ke permasalahan RnR please? And no flames, thanks :D

With You (Part one)


Disclaimer: Suzanne Collin's
Summary: Cato/OC and Peeta/OC
Timeline: The 74th Hunger Games
WARNING: OOC, Gaje, Jelek, Misstypo(s), dsb
RnR please :D
oooOOOoooooOOOOooooOOOOooooOO

Chelsea's POV
Namaku Chelsea, lengkapnya Chelsea Evans. Aku tinggal di Capitol, Panem. Tepatnya, di Distrik Dua. Umurku akan menginjak 15 tahun saat Hunger Games ke-74 dimulai. Aku bungsu dari dua bersaudara. Kakak laki-lakiku, Calvin, memenangkan Hunger Games dua tahun lalu dan itu membuatku ingin mengikuti kompetisi itu dengan cara mengajukan diri, bukan dipilih.

Tok.. Tok… Seseorang mengetuk pintu kamarku.

"Masuk," gumamku agak keras. Pintu terbuka. Tampaklah seorang remaja lelaki dengan tinggi sekitar 190 sentimeter dengan tubuh kekar dan rambut sedikit pirang. Aku hanya menoleh sedikit dari buku yang kubaca. "Cato," ucapku. Cato merupakan sahabatku sejak aku berumur 3 thaun dan dia berumur 4 tahun. Ia membalas dengan senyuman langka yang hanya bisa didapatkan oleh keluarga dekat dan sahabatnya, terutama aku. "Besok, kau yakin akan mengajukan diri, Lisca?" Tanya Cato yang langsung duduk di ranjangku, di sampingku. Oh, untuk informasi Lisca adalah semacam panggilan khusus dari Cato untukku. INGAT: BUKAN panggilan sayang!

Aku langsung menutup buku yang kubaca dan menyeringai senang, "Ya..! Kalau Vason bisa, pasti aku pasti bisa!" Cato menunduk, sepertinya memikirkan sesuatu. "Lisca, dengar. Aku tak mau kau menyia-nyiakan nyawamu di arena itu," alis Cato bertaut, itu tandanya ia benar-benar serius. "Cato, percayalah. Aku pandai menggunakan pisau, belati, bahkan pedang – meskipun kau lebih jago untuk urusan pedang dan tombak – tapi aku ingin menunjukkan bahwa aku bisa keluar sebagai pemenang!" seruku, meyakinkan.

Terdapat heningan sejenak saat itu. Itu memang suasana yang canggung, tapi kubiarkan Cato berpikir betapa pentingnya kompetisi untuk bertahan hidup itu bagiku. "Aku ikut," ucap Cato tiba-tiba. "Tidak, kau – " perkataanku terpotong olehnya. "Aku harus ikut. Aku harus menjagamu, itu tugasku," balas Cato tegas, pipinya merona sedikit. Aku mendengus, "Alasan sepele." Cato lalu menggenggam tanganku dan berbicara sangat pelan sampai-sampai hanya aku yang bisa mendengarnya, "Aku harus ikut karena aku tak ingin kehilanganmu. Aku harus melindungimu. Karena… Aku mencintaimu, Lisca."

Pandanganku hilang sejenak. Apa yang ia katakana tadi? Cato… Mencintaiku? Mungkin aku salah dengar. Ia sudah menyukai perempuan lain di sekolah. Yah, mungkin aku salah dengar. Baiklah. "Lisca, aku mencintaimu," ulang Cato dengan suara yang lebih jelas. Aku baru hendak menyebutkan Lanee, gadis beruntung yang disukai bintang sekolah, ketika Cato menyambar dengan cepat, "Aku tidak tahu perasaanku tentang Lanee yang sebenarnya. Max menyuruhku untuk membuat list tentang siapa dari kau atau Lanee yang paling banyak negatifnya. Kau keras kepala, terlalu aktif, terkadang kekanak-kanakan (aku merengut sedikit), dan lainnya. Lalu, ia tanya negatifnya Lanee dan aku menjawab tanpa berpikir lama, 'Lanee bukan Chelsea.' Dan saat itu aku tau bahwa kau yang aku cintai, Lis."

"Cato, aku… Aku masih belum mengerti tentang perasaanku yang sebenarnya. Maaf," bisikku. Kulihat sebersit kekecewaan di mata Cato. Aku merasa bersalah, "Cato –" "Taka apa. Aku tak memaksa," Cato menelan ludah kekecewaan. Ia mengangguk sedikit lalu pergi dari kamarku dengan kepala sedikit tertunduk.

Malam itu aku benar-benar tak bisa tidur. Perkataan dan penjelasan panjang lebar dari Cato membuatku tak bisa tidur. Aku tak pernah tau apa arti cinta sebenarnya. Atau, bagaimana perasaan kita terhadap orang yang kita sukai. Aku benar-benar buta tentang hal ini. Ah, sudahlah. Besok masih banyak urusan tentang Hunger Games yang belum terselesaikan. Aku harus mengajukan diri sebagai peserta. Mungkin dengan Cato di sampingku.

Author's Note: Maaf jelek banget Baru permulaan nih belum ke permasalahan RnR please? And no flames, thanks :D


Jumat, 15 Juni 2012

SO SORRY!

Udah sekitar 3 bulan kita ga update ya? maaf!
As always, akhir tahun lg banyak project jd maaf tapi sekarang udah mulai liburan jd kemungkinan bisa update lagi(:
But ofcourse, kita punya holiday sama keluarga masing-masing jadi tetep gabisa sering on(:
SO SORRYYY! karena kita ga updatee
Tapi jujur, bangga banget udah 711 viewers walaupun kita ga buka. Lads, you're amazing. You made all of this happen(:
Aku on cuma buat bilang ini aja. Maaf ya kalo misalnya ada yg baca trus nungguin lanjutannya, aku bakal post lagi tapi sekitar minggu depan atau mungkin mundur lagi soalnya aku panitia dari suatu acara dan masih banyak rapat jadi gabisa.

Thankyou buat perhatiannya:)
Charlene xx

Rabu, 11 April 2012

Your Promise (2)

So sorry ya kalo kita suka ga pasti waktu ngepost lanjutannya
ini Charlene(:
tugas lagi banyak tugas hehe

part 2!
enjooy~

"Draine?" panggilku
Pemuda itu menoleh kearahku dengan tatapan bertanya-tanya
"Are you Draine? Draine Sevelt?" tanyaku lagi
"Pardon me?" akhirnya ia mulai bicara
"Are you by any chance Draine Sevelt?"
"Oh, no, sorry."
Aku mengerutkan kening saat mendengar jawabnnya karena yah, orang ini sungguh-sungguh terlihat sepertiversi dewasa dari Draine.
"Umm, sorry but, can i knowyour name?" aku mulai mendekat dengan ragu-ragu
"Sure, its Edmund. Edmund Carrick, and can i know yours?"
"I'm Elline Charlette. Just call me Elline or El."
"Okay, Elline, nice to meet you" ia tersenyum
"Nice to meet you too, Edmund."
Selesailah percakapannya. Kami diam seribu kata, hanya duduk bersebelahan, berkelebat dengan pikiran masing-masing. Lalu aku teringat sesuatu dan menoleh kepadanya,
"Sorry, but, umm, can i ask something unrelated?"
"Uuhh.. What is it?"
"10 years ago, where do you live?"
"10 years ago? Pennsylvania, why?"
"Nothing, just asking.. "
"Oh,its already this late, i got to go so, bye."
"ok, bye"
Hanya percakapan singkat dengan seseorang yang baru saja kukenal tetapi entah kenapa terasa sangat menyenangkan. Mungkin sebaiknya aku pulang dan istirahat sekarang. Banyak sekali yang terjadi hari ini.

~@ VLAUREMILL MANSION~

Aku terus diam terbaring di tempat tidurku, tak berkutik. Masih memikirkan kejadian di Mansion Bronsheir tadi.
"Hhh.. Apakah aku hanya berhalusinasi saja mengira orang itu kau atau memang orang itu kau?"
Aku memjamkan mataku,mengingat masa laluku, kejadian 10 tahun yang lalu..

"Huee.... Aku tidak mau Draine pergi!"
"Sshh...Tenanglah El, aku pasti akan kembali kok..."
"B-benarkah? Janji y-ya, Dra akan kembali...!"
"Aku berjanji,"  katanya meyakinkan dan menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku
"Dan saat aku kembali nanti, aku tidak akan pergi lagi, aku akan menjemputmu!"
Ia memeberikan sebuah kalung bintang bersayap dan mengecup keningku lalu pergi.

Masa lalu yang terus melekat hingga sekarang dan mungkin sampai seterusnya. Kecupan itu, masih dapat kurasakan, kehangatan tangannya yang memelukku untuk terakhir kalinya, aku sangat merindukannya.
Tak disangka sebutir air mata mulai keluar. Diikuti dengan butiran-butiran lainnya yang tidak mau berhenti keluar dari mataku. Aku menggenggam erat kalung yang tergantung di leherku dan tanpa sadar mataku mulai terpejam.

~@ CARRICK MANNOR~

Pemuda itu terus menerus memandangi foto dalam bingkai cokelat yang sudah kusam yang berada dalam genggamannya itu.
"Kau sudah tumbuh menjadi gagdis yang sangat cantik. Tak kusangka kau akan berubah begitu banyak setelah bertahun-tahun. I miss you."
Ia menatap langit-langit kamarnya sambil mendesah.
"I wish i could tell you the truth.."

~NEXT MORNING 07.00 AM~

Aroma cream soup khas Ellen, koki andalanku memenuhi seisi ruangan yang hanya dihuni olehku, Ellen, dan beberapa maid.
Terasa membosankan sekali tanpa ada teman atau orang tuaku yang biasanya akan membuat ruangan ini ramai dengan perdebatan-perdebatan mereka yang tidak masuk akal.
Aku mengambil iPhone-ku dan log in ke twitter. Yap, disinilah tempat pelarianku bila aku merasa bosan.

@EllineVlaur_ urrghh, bored to death! No one heree

Beberapa saat kemudian aku mendapat sebuah reply. Dari Kesha.

@KeshaVioletta heeyy, i'm here! Dateng kesini yuuk! RT @EllineVlaur_: urrghh, bored to death! No one heree

@EllineVlaur_ 'kay bentaarr! RT @KeshaVioletta: heeyy, i'm here! Dateng kesini yuuk! RT @EllineVlaur_ : urrghh, bored to death! No one heree

Aku segera menyelesaikan sarapanku dan memanggil Sebastian untuk mengantarku ke Mansion Bronscheir.

~@ MANSION BRONSCHEIR~

Aku turun dari mobil dan langsung berjalan masuk mencari Kesha.
Ketika sedang mencarinya di sekitar taman aku mendengar suara tawa yang jelas sekali bahwa itu suara Kesha.
Aku menghampiri asal suara itu dan melihat Kesha sedang berduaan dengan Tom. Ohya,Tom adalah pacarnya, ia semacam model majalah-majalah untuk teenagers. Mereka sudah berpacaran kurang lebih 1 tahun.
"Dasar, padahal dia yang mengundangku kesini. Sekarang dia malah asyik berpacaran" aku menggerutu tidak jelas dan berniat untuk pergi karena takut mengganggu mereka. Tetapi tiba-tiba pandanganku menjadi gelap.
Satu tangan menutupi mataku dan yang satunya lagi mendekapku erat.
Jelas sekali bahwa rona merah muncul di wajahku karena wajahku sudah terasa sangat panas.
"Can i help you, miss?"
Astaga ternyata dia, kupikir semacam hidung belang.

To Be Coninued~

How was it? Gimana? Bagus? Semoga suka ya[:
Comments and critics needed!
No flames!

-Charlene

Jumat, 06 April 2012

Trust and Faith (Tokoh) 2

Tokoh-tokoh sekaligus sifat-sifat mereka ^.^


TOKOH

1.    Aldoker
Ø  Murid paling licik di  kelas. Tapi, waktu karya wisata ke Yogyakarta, kayaknya dia udah tobat, deh…
2.    Adi Triple Jr.
Ø  Gembul! Panda! Unyu banget!
3.    Just Adiet
Ø  Ketua kelas paling gokil dan nggak jelas sepanjang abad.
4.    Agiacy Charlene Vlauremill
Ø  Umm, anaknya seru! Suka sama Greyson Chance dan Cody Simpson apa lagi sama Taylor Swift.
5.    Kazeyomi Kiiro
Ø  Manga lover..! Setiap hari bikin manga dan pendiem banget orangnya! Keturunan Jepang..!
6.    Wicak’s Scout
Ø  Putra Altar, bijak banget orangnya, tapi masih seru kalo diajak main!
7.    Febby Monzisuki (Fuchu)
Ø  Pecinta manga juga nih! Keturunan Jepang, lho!
8.    Seungrin (Maureen)
Ø  Cewe yang paling deket ama cowo-cowo. Keturunan Korea Selatan! Seru, ya?
9.    Tara Ananta
Ø  Cewe kurus yang asyiknya bukan main kalo udah ngobrol bareng dia! Smashblast!
10. Christina
Ø  Cewe yang jago basket ini seru banget! Nggak ada ujungnya kalo bercanda ama dia!
11.  Diaz Jamboe
Ø  Kenapa dia mau namanya Jamboe? Karena idungnya kayak jambu. Cowok Playboy yang asli rusuh gila di kelas..!
12.  E. Kenneth Abraham
Ø  Punya gangguan syaraf, anak kece, meskipun jorok (sori, bro!)
13.  Eduardus Erlangga
Ø  JENIUS! Bukan Jelek Beringus. Tapi, JENIUS beneran! Susah nyari nilai delapan di rapornya, apalagi tujuh. Itu nilai idah harus dilinduungi di rapor dia saking langkanya.
14.  Elvasa Vania Saputra (Vani)
Ø  JENIUS ke dua meskipun ada di peringkat enam. Yang ini jeniusnya fisika ama matematika, My Man..!
15.  Felicia Shane E (Shane)
Ø  Anak paling cantik dan imut di kelas, peringkat ke dua, tapi nggak sombong. Asyik, kok! Belieber!
16. George Georgie
Ø  Saingannya Eduard sama Vani di matematika.
17.  Gisella Austen
Ø  Potterfreak! Kalo ngomong Harpot ama dia udah nggak ada ujungnya! Apalagi tentang Fred Weasley.
18. Glennaldy Quicksilver5
Ø  Paling bocah di kelas! RUSUH banget!
19.  I’m Lun-ah
Ø  Anak cantik yang ngegilain manga juga.
20.  Jeanette Violin Christopher
Ø  Ini Si Pengkhianat yang telah diampuni dosa-dosanya oleh Bapa di Surga. Anaknya up to date seru pokoknya! Walau kadang ngeselin.
21.  Jay (Bung)
Ø  Presiden kelas! The most presidential kid in class! Kalo ceramah nggak ada abisnya dan itu sering banget ngeselin orang!
22.  Lily Katrina Black
Ø  Potterfreak juga. Rajin baca buku tebel! Walaupun pemarah, dia jago banget gambar dan pinter!
23. Yolen (doang)
Ø  Cewe dengan rambut gaya bob ini pinter banget berenang, jago main basket, dan pinter juga! Asyik banget! Walaupun cuek, dia sebenernya perhatian. Nge-fans banget sama Eminem!
24.  Cornelius De Hout Man
Ø  Lius ini bener-bener datar, nggak ada ekspresi di wajahnya. Tapi, kalo di hati ekspresinya keliatan banget. Cowo tertinggi dan jago banget main basket. Belieber juga, lho!
25.  Marycia Janeko (Marci)
Ø  Cinta manga juga nih! Pendiem, tapi pinter!
26.  Maria Claudia
Ø  Satu lagi anak jenius 7C. Pinter matematika dan anaknya asyik kalo diajak bercanda!
27.  Karina Haemin
Ø  Sama kayak Seungrin, keturunan Korea Selatan. Suka nge-desain baju-baju buat red carpet. Tinggal nyari penjahit! K-Pop lover!
28.  Michael CFT
Ø  Cowok yang multi-talented. Jago main piano, gitar, basket, ya begitulah. Pujaan cewe lagi. Buktinya, anak kelas 9 ada yang nge-fans ama dia.
29.  Natasha
Ø  Pengkhianat kedua! Diampuni juga, asyik anaknya!
30. Tania Lipzzy
Ø  Cewek cantik yang anggun, posturnya bagus, dan alim. Tapi, gaul!
31. Ruth Brigitta Salim
Ø  Cewek beriman yang jago main harpa, keyboar, dan piano. Ruth nggak akan pernah ngecewain orang tuanya!
32.  Seraphine Clarissa Tomlinson (Ica)
Ø  Ini dia cewek bersuara emas di kelas kita! Pada iri, lho! Anak baru yang populer dan seru kalo diajak ngomong tentang fashion!
33.  Theodore
Ø  Sobatnya Vinsensius yang seru abis kalo diajak ngomong tentang mobil.
34.  Lacie Claire
Ø  Anak cantik terusuh dan ter-epic di kelas 7Cemangka. Nggak nyangka dia sekretaris 2.
35.  Timoteus La Foudre
Ø  Anak alim yang unyu dan suka ama serial TV CSI. Pinter juga, kok!
36.  Trixie Dominique
Ø  Anak yang rentan banget sama penyakit! Seru, nggak ada duanya! Belieber!
37.  Kesha Hermione Delacour
Ø  Sobatnya Yolen yang keliatannya alim, tapi kalau udah kenal seru dan nggak ada perbincangan yang bakal berakhir sama dia! Greysonator! (Author)
38.  Victoria Anderson
Ø  Satu lagi anak cantik di 7Cemangka yang seru dan gaul. Smashblast!
39.  Vinsensius BS
Ø  Sobatnya Theo yang nyolot, tapi kocak abis!


@Queen_Violette kalo mau ganti nama ^>^

Trust and Faith (Part 5) *Finish*

Yeap, the last. But, not the least.
Enjoy


Natasha menjawab, “Nggak nyangka identitas gue kebongkar dengan cepat.”  Jeanette menggelengkan kepalanya dan berujar sambil terkekeh, “Gue juga nggak percaya, Nat. gue kira bakal lama banget kalau penyebab semua ini kita.”  Semua murid terperangah kaget. “Apa maksud lo?!” Tanya Kenneth. Victoria mendekat namun dihalangi oleh Tania.  “Jangan ada yang mendekat!” Seru Kesha, “Menjauh dari mereka berdua.” Spontan, semua anak mundur menjauh. Kesha, Natasha, dan Jeanette berada di dalam tengah-tengah lingkaran.
Sekali lagi tragedi ‘kehilangan bola mata’ terjadi pada Natasha dan Jeanette. Namun mereka tampak senang memperlihatkannya.  “Apa yang ngebuat lo begitu?!” Seru Lacie gemas. Jeanette menatap Lacie,  “Hal-hal duniawi, ngelupain Dia.”  Jay berujar, “Mengapa Anda melupakan-Nya?” Natasha menjawab, “Hal-hal duniawi, spiritual, tarot.”
“Gue tau ada yang nggak beres dari elu berdua, hotel ini, dan… Pokoknya, waktu kita nyampe di sini, gue ngerasain udah ada yang nggak beres!” Seru Victoria. “Sabar, Vick,”  Ucap Tara.  “Kenapa harus berpaling sama hal duniawi?” Tanya Lun-ah. Natasha menjawab, “Lebih mengasyikkan dan nggak ada beban.”  Fuchu berujar, “Apa yang mereka berikan sehingga elu bisa ngelupain Dia?”  Jeanette menjawab dengan sengiran kejam di bibirnya, “Semua.”
Glenn berujar, “Gue pernah baca di komik Doraemon. Katanya elu harus ngerelain nyawa lu, kan?” Natasha tersenyum mengejek, “Benar. Tapi, dia cuman minta setengah.”  Ella berujar, “Seandainya gue punya tongkat Harry Potter, langsung gue bunuh lo berdua.”  “Bunuh aja.. Yang penting elu pasti bakal dapet balasan yang setimpal,” ucap Jeanette penuh cemooh.
Keheningan kembali menyerang ruangan itu. Lalu Kesha berujar pelan, “Apa lu berdua punya perasaan?”  Natasha mengangkat bahunya, “Setengah.”  “Kok, kayaknya banyak banget yang lu curhatin ke gue?” Pancing Kesha.  “Gue punya sisi gelap dan sisi terang. Saat ngomongin perasaan, gue pake sisi terang.”  Kesha lalu memberanikan diri untuk menatap Natasha, “Dan apa yang lo rasain sekarang?! Melihat temen-temen lo yang udah mercayain elo berdua, nemenin elo berdua, ketakutan setengah mati?! Kecewa gara-gara sikap lo yang memalukan?! Seharusnya gue udah sadar waktu elu sering mijit-mijit kepala kalo kita lagi berdoa!”
Jeanette menghela nafasnya, mencoba mengontrol emosi. Tak ada yang menjawab saat itu. Natasha maupun Jeanette bungkam mulut.  “Mana sisi putih lo yang tadi elo bilang? Mana?!”  Desak Kesha.  Dadanya sudah naik turun dan itu menandakan bahwa gadis itu akan menangis. Sekali lagi mereka berdua tidak menjawab.
Wicak berujar, “Tahan emosi lu, Kes…”  Kesha menatap Wicak dengan matanya yang mulai berkaca-kaca seperti yang selalu ia lakukan jika berdebat atau mempunyai masalah, “Mereka udah ngecewain banyak orang. Nggak hanya kita. Orang tua mereka yang bener0bener sayang dan cinta mati ama mereka udah mereka kecewain. Tuhan yang paling mereka kecewain!”
TEP. Telapak tangan kanan Jeanette sudah melingkar di leher Kesha, ia mencekik Kesha. “Jangan pernah lu sebut ‘itu’ lagi,” Desis Jeanette. “Lepasin tangan lo dari Kesha!” Seru Yolen. “ ‘ Siapa yang mencintai nyawanya, ia akan kehillangan nyawanya’ Firman Tuhan,” Senyum Kesha mengejek. Cekikan Jeanette bertambah kuat. Kesha menyeringai, “Seneng, ya? Bagus… Sekarang gue bakal pergi dari dunia ini kalo elo emang berencana ngebunuh gue dan gue emang nggak sayang ama nyawa gue demi ngembaliin lo berdua pada Dia Yang Maha Esa.”
“Jean, udahlah! Sadar! Tuhan Yesus yang ngebentuk elu! Dia yang memenuhi segala permintaan lu!”  Seru Ica geram, hampir menangis.  “Gue kecewa sama singa gue yang dari dulu udah setia jadi temen yang ngertiin kebegoan gue,” ucap Lius lirih.  “Have a faith on God. Have a trust on Him,” ucap Ruth meyakinkan.  “Kalo Kesha mati, elu bisa dapet hukuman dobel!” Seru Lacie.  “Dipenjara dan akhirnya dibakar di api neraka,” ucap Vani melengkapi.
Tiba-tiba Jeanette melepaskan cekikannya pada Kesha. Kesha segera berlari ke arah teman-temannya. “Lu nggak apa-apa, Kes?” Tanya Yolen. Kesha mengangguk. Jeanette menatap Natasha lalu berujar pelan, “Api neraka.” Natasha mengangguk, “Sesuatu yang membakar kita. Setengah dari arwah kita, Jean!”
Beberapa murid mulai berpandangan. Sepertinya mereka sudah mulai sadarkan diri. “Benar. Setengah dari arwah lu udah dibakar di sana, selamanya. Dan kesempatan ini adalah satu-satunya kesempatan untuk membetulkan semuanya dan kembali ke jalan yang benar,” ucap Wicak bijaksana.
Tiba-tiba Jeanette dan Natasha terduduk dan merengut kepala masing-masing. Nafas mereka tersengal-sengal, tubuh mereka berkeringat, dan darah berdesir cepat. Mereka tau mereka salah dan mereka mau mengulangnya dari awal. Wicak menghampiri mereka, “Tobat?”
Jeanette mengangguk kaku. Natasha berujar, “Balikin nyawa gue.”  Wicak menggeleng, “Gue nggak bisa. Cuman elo yang bisa balikin sendiri. Balik menghadap Tuhan, lakukan yang benar, jalan di Jalan Tuhan yang 100% udah disiapin buat elo.”
Jeanette menatap Wicak. Bola matanya sudah ada lagi. Kedua gadis itu menangis deras. Murid-murid yang lain mendekati mereka dan menghibur keduanya.
“Maafin gue! Gue nggak bermaksud buat ngebawa Michael,” tangis Jeanette. “Gue disuruh bawa satu nyawa lagi dan ternyata Michael nggak berhasil!” Seru Jeanette. “Gue juga minta maaf! Gue terlalu depresi ama hidup gue yang maslahnya banyak!” seru Natasha.
Semua temannya tersenyum dan memeluk mereka. Victoria berujar, “Udah, nggak apa-apa. Kita semua udah maafin elu dari tadi.” Kesha tersenyum, “Persahabatan kita nggak akan pernah putus, kok. Walaupun dihalangin oleh rintangan.” Seungrin berujar, “Nggak ada yang salah sekarang.” Lacie menambahkan, “Dan nggak ada yang dirugikan!” Ruth tersenyum, “Have a faith on God. Have a trust on him.”  “Selain itu, percaya sama sahabat itu nggak ada ruginya kok!  Untung semua, mungkin!" Seru Diaz. “Kita nggak akan musuhin elu!” Seru Kenneth.
Dan mereka berkumpul di Ballroom, menunggu jam 3 pagi sambil menghibur teman mereka yang baru bangkit dari dalamnya kubur dunia menggiurkan.
Maka itu…

Have a faith on God. Have trust on Him

Friendships never had an ending

Trust and Faith



Finally, selese juga ceritanya :)
RT @Queen_Violette
Jelek ya? Maap
                                                         


Trust and Faith (Part 4)

Penasaran? Baca...
Nggak penasaran? Makasih :)


Jeanette, Michael, dan Natasha menatap pucat kedua teman mereka itu.
Tiba-tiba Michael berdiri sambil merengut kepalanya, “Aaargggh…!!!”  Ruth dan Wicak segera menghampiri Michael. Wicak menahan pergelangan Michale yang memberontak sambil mengusir iblis itu ditemani dengan Ruth yang mengalungkan Rosario itu pada leher Michael. “Keluar!” Seru Michael parau. “KELUAR dari tubuh gue..!” Geram Michael.
Lacie, Shane, Ica, dan Trixie berkumpul karena takut. Telapak tangan Yolen, Kesha, dan Lacie sudah basah karena gugup. Keringat keluar dari kulit Michael yang masih mengerang.
“Salam Maria penuh rahmat, Tuhan serta- Mu,”  Ruth mendoakan Salam Maria untuk ke tiga kalinya. “Dalam nama Bapa dan Puter dan Roh Kudus. Keluar..!”  Seru Wicak sambil memukul pelan kepala Michael. Remaja laki-laki yang pintar bermain piano itu tersentak.
Michael berdiri, ia sudah sadar sepenuhnya. “Gue kerasukan,”  bisik Michael lirih pada Ruth dan Wicak. Wicak mengangguk, “Kenapa bisa?”  Michael menggeleng, “Nggak tau. Rencana gue abis main ‘My Heart Will Go On’, gue mau mainin ‘Beauty and The Beast’. Terus jari gue kayak nggak kekontrol gitu dan semuanya jadi gelap. Dan gue sadar, gue pingsan saat itu.”
“Pingsan?” Tanya Trixie, “Terus yang mainin piano tadi siapa dong?” Timoteus menjawab, “Setan atau iblis.”  Victoria berujar, “Nggak ada yang tau.”  “Dan gue nggak mau tau,” sambar Ella.
Terjadi keheningan sebentar. “Masih jam 12 malem, nih.” Ucap Fuchu, “Kita mau ngapain?” Adiet mengambil alih, “Kayaknya kita harus kuasain dulu deh ketegangan ama emosi di sini. Auranya jelek banget.”  Natasha menolak, “Nggak ah. Gue suka aura begini.” Jeanette mengangguk, “Yoi, mencengkam.. Serem. Seru, deh!” Charlene menautkan dahiinya, “Lu berubah, ya, Jean?”  Jeanette bertanya balik heran, “Hah? Enggak, kok..”
“Jadi kita mau ngapain?” Tanya Shane. “Lebih baik nunggu sampe jam 3 pagi dan jangan sentuh piano itu lagi!” ujar Tara merinding.  “Kalo kita nunggu begini kayak kambing congek, gue males banget!” Bantah Haemin. “Terus lo maunya kayak gimana?” Seru Seungrin protes. Haemin agak terkejut mendengarnya, “Lho? Kok lo jadi nggak santai begitu? Gue males diem doang di sini!”
Kesha terlihat bermain dengan ponselnya. “Kes, lu kenapa asyik main hape gitu?” Tanya Diaz.  Kesha mendongakkan kepalanya, “E-eh? Oh, cuman iseng aja. Soalnya, hape gue bisa dijadiin kayak semacam radar gitu kalo ada yang aneh ama situasi beginian.” George dan Katrina terlihat bingung. “Radar apaan?” Tanya hampir sebagian teman-temannya, nyaris bersamaan.
“Radar, ya, radar. Susah ngejelasinnya. Tapi, radar buat nyari sesuatu yang aneh atau janggal di tempat ini. Misalkan, aura jelek atau hal-hal gaib gak jelas gitu deh….” Jelas Kesha panjang-pendek. Beberapa raut wajah murid-murid 7C terlihat ingin tau. “Kes, bisa nggak digunain sekarang? Gue kepo gara-gara kejadian tadi,” ucap Ella sedikit tak sabar. “Ah, anak kepo. Kampungan amat,” cemooh Aldoker. “Emang elu pernah liat radar begituan?” Tanya Ella. “Nggak,” Jawab Aldoker.
Kasha mengangkat kedua bahunya, “Mungkin aja.” Kembali ia berkutik dengan ponselnya. Entah ada apa, namun ponsel Kesha yang terlalu canggih dengan alat mata-mata itu mengeluarkan cahaya biru di ujungnya. Kasha mengarahkan ponselnya ke segala tempat.
“Radar aura jelek yang lagi gue pake,” ucap Kesha. Ia berjalan pelan ke sana kemari sambil melihat ponselnya. Lalu ia berhenti di antara Jeanette dan Natasha. “Kenapa?” Tanya Kiiro. “Kok, berhenti?” Tanya Marci sambil menautkan kedua alisnya. Kesha menggenggam erat ponselnya dan menghela nafasnya berat, “Jeanette sama Natasha kenapa ngeluarin aura buruk?”


RT @Queen_Violette
No flames! 

Sabtu, 31 Maret 2012

Trust and Faith (Part 3)

Part 3
No flames..!


Mereka keluar lalu celingak-celinguk ke sana kemari. “Btw, Ballroom di mana, ya?” Tanya Vinsensius. Seungrin mengangguk, “Iya, di mana, ya?”
Theo lalu menggelengkan kepalnya, “Ck..ck..ck.. Emang, ya, anak jaman sekarang, tuh, pada buta. Nggak baca apa tulisan segede gentong di atas itu?” Tania mengerutkan dahinya, “Tulisan apaan?” Theo menghela nafasnya, “Beruntung banget lu perempuan. Kalo enggak, udah gue jitak dari tadi. Itu di atas..!” Semua anak selain Theo mendongakkan kepalanya lalu secara bersamaan mereka berkata dengan santainya, “Oooohhh…..” Theo menggeram, “Uuuurgghhh…” Vinsensius langsung ambil alih. Ia berpura-pura merapikan jas Theo dan menggeleng-gelengkan kepalanya, “Nggak. Lu gak boleh marah-marah. Ntar nggak cakep lagi, lho. Tuh, jasnya udah nggak rapih lagi.”
Mereka semua langsung tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Vinsensius terhadap Theo. Sementara Theo hanya bergumam tak jelas.
Michael dan Cornelius langsung membuka pintu Ballroom tersebut. “Ladies first,” sengir Michael terhadap para perempuan itu. Jeanette, Kesha, Seungrin, dan Tania masuk. Cornelius lalu memandang Yolen, “Lho, Yolen kenapa nggak masuk?” Yolen langsung menjawab, “Lho, siapa? Gue? Gue, kan, laki-laki.” Vinsensius menyambar, “Ape kate lu,dah…” Ia pun langsung masuk.
Ballroom tersebut benar-benar indah dan megah. Lampu-lampu Kristal bening digantung di atas, panggung kecil di depan, dan meja-meja bundar di segala tempat. Di sisi kanan terdapat meja persegi panjang yang di atasnya terdapat berbagai macam makanan pembuka dan penutup. Mulai dari makanan barat sampai makanan nusantara pun disajikan. Murid-murid sudah masuk ke dalam Ballroom dan duduk bersama di salah satu meja.
Mereka bersembilan langsung mengambil tempat duduk di sebelah meja dimana Charlene, Shane, Trixie, Lacie, Seraphine, Ruth, Christina, Claudia, dan Tara. “Hai,” Ujar mereka bersamaan. “Hai juga,” Balas kesembilan anak itu. Mereka langsung duduk karena Ibu Astuti sudah membawa mikrofon ke panggung dan akan mulai berbicara.
“Selamat malam Bapak Ibu guru dan Siswa siswi kelas 7 SMP Santa Ursula BSD..!” Seru Ibu Astuti semangat. “Selamat malam, Bu..!” Balas murid serta guru-guru dengan semangat.
Ibu Astuti tersenyum sebentar, “Malam hari ini kita harus mengucapkan terimma kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah mengumpulkan kita semua di sini.” Dan terus berlanjut pidato dari Ibu Astuti. Namun, kali ini ada yang berbeda dari wajah para murid. Mereka tidak terlihat mengantuk atau bosan. Mereka menikmati. Mungkin karena mereka semangat akan kegiatan ini.
2 menit kurang Ibu Astuti menyampaikan secara singkat, padat, dan jelas akan kegiatan yang akan dilakukan di Yogyakarta. Permasalahannya, penyakit lama kelas 7C mulai kambuh kembali. Mereka sibuk berbicara satu sama lain. Kemungkinan besar membicarakan tentang ‘liburan’ mereka di Yogya ini.
Ibu Astuti sudah menegur mereka 3 kali dan para murid kelas 7C sama sekali tidak mengubrisnya. Mereka diam sejenak lalu mulai berbicara satu sama lain lagi. “Kelas 7C ini sudah ke empat kalinya saya peringatkan kalian, bukan? Karena itu kalian dikurung di Ballroom sampai jam 3 pagi..!” Kesabaran Ibu Astuti sudah mulai habis. Katrina melirik Pak Aris yang sekarang wajahnya sudah tertekuk oleh hukuman Ibu Astuti pada murid-murid asuhannya.
Selesai sudah sambutan dari Ibu Astuti dan sekarang waktunya makan malam.! Semua murid langsung berbaris tak sabar di meja yang sudah disediakan berbagai macam makanan pembuka dan penutup. Para guru kadang hanya menggelengkan kepala melihat tingkah murid didik mereka yang rakus ini. Dan ketika para guru yang mau mengambil makanan itu, hanya terdapat sisa-sisa sedikit untuk dimakan. Sabar, ya, Pak.. Sabar, ya, Bu.. Tabah, tabah…
“Waaa…. Kambing lapar…!” Seru Lius ketika melihat makanan yang bertumpuk di depannya sudah habis. “Kambing!” pekik Jeanette. Lius menatap Jeanette penuh tanya, “Hah?” Gadis itu menepuk dahinya pasrah. Ica, yang duduk d sebelah Jeanette, langsung menepuk-nepuk bahu Jeanette sambil berkata, “Sabar, ya? Sabar…” Jeanette hanya mengangguk pasrah.
Lius menautkan kedua alisnya. Ia bertambah bingung, “Apa, sih?” Ica berseru, “Woy..! Lu udah makan banyak masa gak puas-puas?!” Terdapat keheningan sejenak, “Itu doang?” “Kambiiiinnggg…!!” Seru teman-temannya yang berada satu meja dengannya. Lius menyengir tanpa rasa bersalah.
Setelah makan, mereka kembali ke ruangan masing-masing. Namun, tidak dengan kelas 7C, mereka menetap di Ballroom. Sebelum mereka dikurung dan dibebaskan untuk memakai peralatan apapun di ruangan itu Pak Aris berkata, “Jangan macam-macam, ya? Saya sangat kecewa.”
Dan Pak Aris keluar lalu mengunci ruangan itu. Setelah yakin tak ada yang mendengarkan murid-murid berseru senang, “YEAH…!!!” Dan mereka tertawa bahagia. “Kita bebas..!! We’re Free…!!” Seru Michael sambil berlarian ke sana kemari. “Gue bangga jadi 7Cemangka..!” Seru Ica senang. Sementara yang lain sudah menggila, Katrina, George, Timothy, Marci, Kiiro, dan Eduard duduk termangu meratapi nasib mereka terkurung.
“Lagian mereka ribut..!” Seru Katrina. Marci mengangguk, “Iya, aku juga udah ngantuk soalnya.” “Udahlah, mereka cuman terlalu semangat, kok,” ucap Kiiro menenangkan. Eduard mengangguk, “Ya udah. Mau buat apa lagi?” Mereka berempat hanya mengangkat bahu tak peduli.
Michael lalu berjalan menuju piano elektronik yang terletak di sisi kanan panggung. Icaa yang melihat itu langsung berteriak nyaring, “Mainin pianonya, Mike!” Michael menatap teman-temannya sebentar, “Serius?” Beberapa temannya langsung menyahut, “Iya! Ayo, Mike..!” Pemuda itu mengangkat bahunya lalu mulai memainkan lagu “My Heart Will Go On” dari Celline Dion.
Sontak, semua murid langsung terhanyut dalam permainan indah Michael CFT. Alunan music yang indah, lembut. Legato. Begitulah para pianis menyebutnya. “My  heart will go on and on,” Terdengar lirik terakhir yang dinyanyikan murid-murid 7C dengan merdu.
Hening sejenak setelah lagu dinyanyikan. Dan tiba-tiba, “Woooohh….!!!” Murid-murid bersorak-sorai gembira. Berloncatan ke sana kemari, berputar-putar, dan berteriak-teriak.
Lalu semua aktifitas tersebut terhentikan oleh permainan piano Michael yang sedikit.. mencengkam. Seisi ruangan diam, tak ada yang berbiacara. Semua mata tertuju pada Michael yang kepalanya tertunduk pada piano yang sedang dimainkannya. Semua murid tau lagu ini. “Michael ngapain main Gloomy Sunday?” Tanya Ica tiba-tiba.
Beberapa murid berpandangan satu sama lain. “Kayaknya ada yang nggak beres, deh…” Ucap Kesha sambil mendekati Michael. “Kes, jangan!” Sergah Charlene. Namun Kesha tetap mengikuti naluri dan menghiraukan bantahan Charlene. Ica dan Jeanette mengikuti Kesha dari belakang. “Gila, permainannya… Ngeri gue,” ucap Vinsensius tiba-tiba. Bahkan, Timoteus dan teman-temannya pun ingin menyaksikan apa yang terjadi.
Tep.. Tep.. Hanya terdengar langkah kaki Kesha, Ica, dan Jeanette. “Mike?” Panggil Ica. “Mike?” Sekali lagi Ica memanggil sahabatnya itu, “Michael?” Kesha menyuruh Ica untuk diam sebentar. Ia mengerutkan keningnya, heran dan takut. Perlahan, ia menaruh tangan kanannya di pundak Michael, “Mike?”
Sekitar sedetik, tak ada yang terjadi. Namun setelah itu, Michael menatap Kesha mengerikan. Tak ada bola mata. Hilang. “Kyaaaaa…..!!!!!!” Seru Kesha, Jeanette, dan Ica secara bersamaan. Mereka bertiga turun dari panggung itu dengan segera. “Michael! Elu mau ngebunuh kita apa?!” Protes Jeanette tak terima. Pemuda itu tak menjawab. Ia hanya tersenyum mengerikan.
“Mike! Elu kenapa, sih?!” Tanya Lius sedikit panik. Alih-alih Michael menjawab, Natasha mengambil alih, “Paling dia cuma main-main.” Yolen mendorong Natasha, “Cuma lu bilang?! Enam tahun gue satu sekolah ama dia, enam tahun juga gue nggak pernah ngeliat dia kayak gini..!” Charlene langsung menarik lengan Yolen, “Udah… Jangan emosi dulu.”
“Michael, lu sebenernya kenapa sih?!” Seru Lacie. Michael menatap Lacie marah. Tak ada jawaban, tetap hening. “Gue tau dari awal emang nggak ada yang bener dari hotel ini,” ucap Tara takut. “Kenapa harus hotel ini bener-bener untuk kita gitu, lho? Nggak masuk akal..!” Seru Tania. Beberapa anak mengangguk setuju. “Stop, stop. Kita udah di sini dan permasalahan ini nggak bisa kita selesain dengan emosi. Tahan dulu,” ucap Vani. Gadis berambut hitam kecokelatan itu lalu menatap Wicak, “Menurut lu ini kenapa?” Wicak menatap Vani dalam, “Kerasukan.”
Beberapa murid menahan nafas mereka, kaget. “Dari mana lu bisa ngambil kesimpulan itu?” Tanya Shane sedikit sewot. Dengan cepat Wicak menjawab, “Perhatiin matanya, cara dia ngeliat elu. Kerasukan.” George menatap Wicak, “Lu bisa ngeluarin?” Wicak terlihat seperti berpikir sebentar, “Oh..! Gue bawa Rosario.” Natasha dan Jeanette terlihat memucat. Ica yang melihat hal itu segera bertanya, “Napa lu, Jean?” Jeanette menatap Ica, “E-eh? Nggak.. Nggak apa-apa..”
“Ruth, bisa bantuin gue nggak?” Tanya Wicak. Ruth terlihat sedikit terkejut, “E-eh? Tapi, gue nggak bawa Rosario.” Wicak mengangkat kedua bahunya, “Bantuin doain Rosario, gue bakal ngusir iblis itu.” Ruth mengangguk dan mengambil Rosario kepunyaan Wicak.

~RT @Queen_Violette
~Next part... Coming soon