Rabu, 11 April 2012

Your Promise (2)

So sorry ya kalo kita suka ga pasti waktu ngepost lanjutannya
ini Charlene(:
tugas lagi banyak tugas hehe

part 2!
enjooy~

"Draine?" panggilku
Pemuda itu menoleh kearahku dengan tatapan bertanya-tanya
"Are you Draine? Draine Sevelt?" tanyaku lagi
"Pardon me?" akhirnya ia mulai bicara
"Are you by any chance Draine Sevelt?"
"Oh, no, sorry."
Aku mengerutkan kening saat mendengar jawabnnya karena yah, orang ini sungguh-sungguh terlihat sepertiversi dewasa dari Draine.
"Umm, sorry but, can i knowyour name?" aku mulai mendekat dengan ragu-ragu
"Sure, its Edmund. Edmund Carrick, and can i know yours?"
"I'm Elline Charlette. Just call me Elline or El."
"Okay, Elline, nice to meet you" ia tersenyum
"Nice to meet you too, Edmund."
Selesailah percakapannya. Kami diam seribu kata, hanya duduk bersebelahan, berkelebat dengan pikiran masing-masing. Lalu aku teringat sesuatu dan menoleh kepadanya,
"Sorry, but, umm, can i ask something unrelated?"
"Uuhh.. What is it?"
"10 years ago, where do you live?"
"10 years ago? Pennsylvania, why?"
"Nothing, just asking.. "
"Oh,its already this late, i got to go so, bye."
"ok, bye"
Hanya percakapan singkat dengan seseorang yang baru saja kukenal tetapi entah kenapa terasa sangat menyenangkan. Mungkin sebaiknya aku pulang dan istirahat sekarang. Banyak sekali yang terjadi hari ini.

~@ VLAUREMILL MANSION~

Aku terus diam terbaring di tempat tidurku, tak berkutik. Masih memikirkan kejadian di Mansion Bronsheir tadi.
"Hhh.. Apakah aku hanya berhalusinasi saja mengira orang itu kau atau memang orang itu kau?"
Aku memjamkan mataku,mengingat masa laluku, kejadian 10 tahun yang lalu..

"Huee.... Aku tidak mau Draine pergi!"
"Sshh...Tenanglah El, aku pasti akan kembali kok..."
"B-benarkah? Janji y-ya, Dra akan kembali...!"
"Aku berjanji,"  katanya meyakinkan dan menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku
"Dan saat aku kembali nanti, aku tidak akan pergi lagi, aku akan menjemputmu!"
Ia memeberikan sebuah kalung bintang bersayap dan mengecup keningku lalu pergi.

Masa lalu yang terus melekat hingga sekarang dan mungkin sampai seterusnya. Kecupan itu, masih dapat kurasakan, kehangatan tangannya yang memelukku untuk terakhir kalinya, aku sangat merindukannya.
Tak disangka sebutir air mata mulai keluar. Diikuti dengan butiran-butiran lainnya yang tidak mau berhenti keluar dari mataku. Aku menggenggam erat kalung yang tergantung di leherku dan tanpa sadar mataku mulai terpejam.

~@ CARRICK MANNOR~

Pemuda itu terus menerus memandangi foto dalam bingkai cokelat yang sudah kusam yang berada dalam genggamannya itu.
"Kau sudah tumbuh menjadi gagdis yang sangat cantik. Tak kusangka kau akan berubah begitu banyak setelah bertahun-tahun. I miss you."
Ia menatap langit-langit kamarnya sambil mendesah.
"I wish i could tell you the truth.."

~NEXT MORNING 07.00 AM~

Aroma cream soup khas Ellen, koki andalanku memenuhi seisi ruangan yang hanya dihuni olehku, Ellen, dan beberapa maid.
Terasa membosankan sekali tanpa ada teman atau orang tuaku yang biasanya akan membuat ruangan ini ramai dengan perdebatan-perdebatan mereka yang tidak masuk akal.
Aku mengambil iPhone-ku dan log in ke twitter. Yap, disinilah tempat pelarianku bila aku merasa bosan.

@EllineVlaur_ urrghh, bored to death! No one heree

Beberapa saat kemudian aku mendapat sebuah reply. Dari Kesha.

@KeshaVioletta heeyy, i'm here! Dateng kesini yuuk! RT @EllineVlaur_: urrghh, bored to death! No one heree

@EllineVlaur_ 'kay bentaarr! RT @KeshaVioletta: heeyy, i'm here! Dateng kesini yuuk! RT @EllineVlaur_ : urrghh, bored to death! No one heree

Aku segera menyelesaikan sarapanku dan memanggil Sebastian untuk mengantarku ke Mansion Bronscheir.

~@ MANSION BRONSCHEIR~

Aku turun dari mobil dan langsung berjalan masuk mencari Kesha.
Ketika sedang mencarinya di sekitar taman aku mendengar suara tawa yang jelas sekali bahwa itu suara Kesha.
Aku menghampiri asal suara itu dan melihat Kesha sedang berduaan dengan Tom. Ohya,Tom adalah pacarnya, ia semacam model majalah-majalah untuk teenagers. Mereka sudah berpacaran kurang lebih 1 tahun.
"Dasar, padahal dia yang mengundangku kesini. Sekarang dia malah asyik berpacaran" aku menggerutu tidak jelas dan berniat untuk pergi karena takut mengganggu mereka. Tetapi tiba-tiba pandanganku menjadi gelap.
Satu tangan menutupi mataku dan yang satunya lagi mendekapku erat.
Jelas sekali bahwa rona merah muncul di wajahku karena wajahku sudah terasa sangat panas.
"Can i help you, miss?"
Astaga ternyata dia, kupikir semacam hidung belang.

To Be Coninued~

How was it? Gimana? Bagus? Semoga suka ya[:
Comments and critics needed!
No flames!

-Charlene

Jumat, 06 April 2012

Trust and Faith (Tokoh) 2

Tokoh-tokoh sekaligus sifat-sifat mereka ^.^


TOKOH

1.    Aldoker
Ø  Murid paling licik di  kelas. Tapi, waktu karya wisata ke Yogyakarta, kayaknya dia udah tobat, deh…
2.    Adi Triple Jr.
Ø  Gembul! Panda! Unyu banget!
3.    Just Adiet
Ø  Ketua kelas paling gokil dan nggak jelas sepanjang abad.
4.    Agiacy Charlene Vlauremill
Ø  Umm, anaknya seru! Suka sama Greyson Chance dan Cody Simpson apa lagi sama Taylor Swift.
5.    Kazeyomi Kiiro
Ø  Manga lover..! Setiap hari bikin manga dan pendiem banget orangnya! Keturunan Jepang..!
6.    Wicak’s Scout
Ø  Putra Altar, bijak banget orangnya, tapi masih seru kalo diajak main!
7.    Febby Monzisuki (Fuchu)
Ø  Pecinta manga juga nih! Keturunan Jepang, lho!
8.    Seungrin (Maureen)
Ø  Cewe yang paling deket ama cowo-cowo. Keturunan Korea Selatan! Seru, ya?
9.    Tara Ananta
Ø  Cewe kurus yang asyiknya bukan main kalo udah ngobrol bareng dia! Smashblast!
10. Christina
Ø  Cewe yang jago basket ini seru banget! Nggak ada ujungnya kalo bercanda ama dia!
11.  Diaz Jamboe
Ø  Kenapa dia mau namanya Jamboe? Karena idungnya kayak jambu. Cowok Playboy yang asli rusuh gila di kelas..!
12.  E. Kenneth Abraham
Ø  Punya gangguan syaraf, anak kece, meskipun jorok (sori, bro!)
13.  Eduardus Erlangga
Ø  JENIUS! Bukan Jelek Beringus. Tapi, JENIUS beneran! Susah nyari nilai delapan di rapornya, apalagi tujuh. Itu nilai idah harus dilinduungi di rapor dia saking langkanya.
14.  Elvasa Vania Saputra (Vani)
Ø  JENIUS ke dua meskipun ada di peringkat enam. Yang ini jeniusnya fisika ama matematika, My Man..!
15.  Felicia Shane E (Shane)
Ø  Anak paling cantik dan imut di kelas, peringkat ke dua, tapi nggak sombong. Asyik, kok! Belieber!
16. George Georgie
Ø  Saingannya Eduard sama Vani di matematika.
17.  Gisella Austen
Ø  Potterfreak! Kalo ngomong Harpot ama dia udah nggak ada ujungnya! Apalagi tentang Fred Weasley.
18. Glennaldy Quicksilver5
Ø  Paling bocah di kelas! RUSUH banget!
19.  I’m Lun-ah
Ø  Anak cantik yang ngegilain manga juga.
20.  Jeanette Violin Christopher
Ø  Ini Si Pengkhianat yang telah diampuni dosa-dosanya oleh Bapa di Surga. Anaknya up to date seru pokoknya! Walau kadang ngeselin.
21.  Jay (Bung)
Ø  Presiden kelas! The most presidential kid in class! Kalo ceramah nggak ada abisnya dan itu sering banget ngeselin orang!
22.  Lily Katrina Black
Ø  Potterfreak juga. Rajin baca buku tebel! Walaupun pemarah, dia jago banget gambar dan pinter!
23. Yolen (doang)
Ø  Cewe dengan rambut gaya bob ini pinter banget berenang, jago main basket, dan pinter juga! Asyik banget! Walaupun cuek, dia sebenernya perhatian. Nge-fans banget sama Eminem!
24.  Cornelius De Hout Man
Ø  Lius ini bener-bener datar, nggak ada ekspresi di wajahnya. Tapi, kalo di hati ekspresinya keliatan banget. Cowo tertinggi dan jago banget main basket. Belieber juga, lho!
25.  Marycia Janeko (Marci)
Ø  Cinta manga juga nih! Pendiem, tapi pinter!
26.  Maria Claudia
Ø  Satu lagi anak jenius 7C. Pinter matematika dan anaknya asyik kalo diajak bercanda!
27.  Karina Haemin
Ø  Sama kayak Seungrin, keturunan Korea Selatan. Suka nge-desain baju-baju buat red carpet. Tinggal nyari penjahit! K-Pop lover!
28.  Michael CFT
Ø  Cowok yang multi-talented. Jago main piano, gitar, basket, ya begitulah. Pujaan cewe lagi. Buktinya, anak kelas 9 ada yang nge-fans ama dia.
29.  Natasha
Ø  Pengkhianat kedua! Diampuni juga, asyik anaknya!
30. Tania Lipzzy
Ø  Cewek cantik yang anggun, posturnya bagus, dan alim. Tapi, gaul!
31. Ruth Brigitta Salim
Ø  Cewek beriman yang jago main harpa, keyboar, dan piano. Ruth nggak akan pernah ngecewain orang tuanya!
32.  Seraphine Clarissa Tomlinson (Ica)
Ø  Ini dia cewek bersuara emas di kelas kita! Pada iri, lho! Anak baru yang populer dan seru kalo diajak ngomong tentang fashion!
33.  Theodore
Ø  Sobatnya Vinsensius yang seru abis kalo diajak ngomong tentang mobil.
34.  Lacie Claire
Ø  Anak cantik terusuh dan ter-epic di kelas 7Cemangka. Nggak nyangka dia sekretaris 2.
35.  Timoteus La Foudre
Ø  Anak alim yang unyu dan suka ama serial TV CSI. Pinter juga, kok!
36.  Trixie Dominique
Ø  Anak yang rentan banget sama penyakit! Seru, nggak ada duanya! Belieber!
37.  Kesha Hermione Delacour
Ø  Sobatnya Yolen yang keliatannya alim, tapi kalau udah kenal seru dan nggak ada perbincangan yang bakal berakhir sama dia! Greysonator! (Author)
38.  Victoria Anderson
Ø  Satu lagi anak cantik di 7Cemangka yang seru dan gaul. Smashblast!
39.  Vinsensius BS
Ø  Sobatnya Theo yang nyolot, tapi kocak abis!


@Queen_Violette kalo mau ganti nama ^>^

Trust and Faith (Part 5) *Finish*

Yeap, the last. But, not the least.
Enjoy


Natasha menjawab, “Nggak nyangka identitas gue kebongkar dengan cepat.”  Jeanette menggelengkan kepalanya dan berujar sambil terkekeh, “Gue juga nggak percaya, Nat. gue kira bakal lama banget kalau penyebab semua ini kita.”  Semua murid terperangah kaget. “Apa maksud lo?!” Tanya Kenneth. Victoria mendekat namun dihalangi oleh Tania.  “Jangan ada yang mendekat!” Seru Kesha, “Menjauh dari mereka berdua.” Spontan, semua anak mundur menjauh. Kesha, Natasha, dan Jeanette berada di dalam tengah-tengah lingkaran.
Sekali lagi tragedi ‘kehilangan bola mata’ terjadi pada Natasha dan Jeanette. Namun mereka tampak senang memperlihatkannya.  “Apa yang ngebuat lo begitu?!” Seru Lacie gemas. Jeanette menatap Lacie,  “Hal-hal duniawi, ngelupain Dia.”  Jay berujar, “Mengapa Anda melupakan-Nya?” Natasha menjawab, “Hal-hal duniawi, spiritual, tarot.”
“Gue tau ada yang nggak beres dari elu berdua, hotel ini, dan… Pokoknya, waktu kita nyampe di sini, gue ngerasain udah ada yang nggak beres!” Seru Victoria. “Sabar, Vick,”  Ucap Tara.  “Kenapa harus berpaling sama hal duniawi?” Tanya Lun-ah. Natasha menjawab, “Lebih mengasyikkan dan nggak ada beban.”  Fuchu berujar, “Apa yang mereka berikan sehingga elu bisa ngelupain Dia?”  Jeanette menjawab dengan sengiran kejam di bibirnya, “Semua.”
Glenn berujar, “Gue pernah baca di komik Doraemon. Katanya elu harus ngerelain nyawa lu, kan?” Natasha tersenyum mengejek, “Benar. Tapi, dia cuman minta setengah.”  Ella berujar, “Seandainya gue punya tongkat Harry Potter, langsung gue bunuh lo berdua.”  “Bunuh aja.. Yang penting elu pasti bakal dapet balasan yang setimpal,” ucap Jeanette penuh cemooh.
Keheningan kembali menyerang ruangan itu. Lalu Kesha berujar pelan, “Apa lu berdua punya perasaan?”  Natasha mengangkat bahunya, “Setengah.”  “Kok, kayaknya banyak banget yang lu curhatin ke gue?” Pancing Kesha.  “Gue punya sisi gelap dan sisi terang. Saat ngomongin perasaan, gue pake sisi terang.”  Kesha lalu memberanikan diri untuk menatap Natasha, “Dan apa yang lo rasain sekarang?! Melihat temen-temen lo yang udah mercayain elo berdua, nemenin elo berdua, ketakutan setengah mati?! Kecewa gara-gara sikap lo yang memalukan?! Seharusnya gue udah sadar waktu elu sering mijit-mijit kepala kalo kita lagi berdoa!”
Jeanette menghela nafasnya, mencoba mengontrol emosi. Tak ada yang menjawab saat itu. Natasha maupun Jeanette bungkam mulut.  “Mana sisi putih lo yang tadi elo bilang? Mana?!”  Desak Kesha.  Dadanya sudah naik turun dan itu menandakan bahwa gadis itu akan menangis. Sekali lagi mereka berdua tidak menjawab.
Wicak berujar, “Tahan emosi lu, Kes…”  Kesha menatap Wicak dengan matanya yang mulai berkaca-kaca seperti yang selalu ia lakukan jika berdebat atau mempunyai masalah, “Mereka udah ngecewain banyak orang. Nggak hanya kita. Orang tua mereka yang bener0bener sayang dan cinta mati ama mereka udah mereka kecewain. Tuhan yang paling mereka kecewain!”
TEP. Telapak tangan kanan Jeanette sudah melingkar di leher Kesha, ia mencekik Kesha. “Jangan pernah lu sebut ‘itu’ lagi,” Desis Jeanette. “Lepasin tangan lo dari Kesha!” Seru Yolen. “ ‘ Siapa yang mencintai nyawanya, ia akan kehillangan nyawanya’ Firman Tuhan,” Senyum Kesha mengejek. Cekikan Jeanette bertambah kuat. Kesha menyeringai, “Seneng, ya? Bagus… Sekarang gue bakal pergi dari dunia ini kalo elo emang berencana ngebunuh gue dan gue emang nggak sayang ama nyawa gue demi ngembaliin lo berdua pada Dia Yang Maha Esa.”
“Jean, udahlah! Sadar! Tuhan Yesus yang ngebentuk elu! Dia yang memenuhi segala permintaan lu!”  Seru Ica geram, hampir menangis.  “Gue kecewa sama singa gue yang dari dulu udah setia jadi temen yang ngertiin kebegoan gue,” ucap Lius lirih.  “Have a faith on God. Have a trust on Him,” ucap Ruth meyakinkan.  “Kalo Kesha mati, elu bisa dapet hukuman dobel!” Seru Lacie.  “Dipenjara dan akhirnya dibakar di api neraka,” ucap Vani melengkapi.
Tiba-tiba Jeanette melepaskan cekikannya pada Kesha. Kesha segera berlari ke arah teman-temannya. “Lu nggak apa-apa, Kes?” Tanya Yolen. Kesha mengangguk. Jeanette menatap Natasha lalu berujar pelan, “Api neraka.” Natasha mengangguk, “Sesuatu yang membakar kita. Setengah dari arwah kita, Jean!”
Beberapa murid mulai berpandangan. Sepertinya mereka sudah mulai sadarkan diri. “Benar. Setengah dari arwah lu udah dibakar di sana, selamanya. Dan kesempatan ini adalah satu-satunya kesempatan untuk membetulkan semuanya dan kembali ke jalan yang benar,” ucap Wicak bijaksana.
Tiba-tiba Jeanette dan Natasha terduduk dan merengut kepala masing-masing. Nafas mereka tersengal-sengal, tubuh mereka berkeringat, dan darah berdesir cepat. Mereka tau mereka salah dan mereka mau mengulangnya dari awal. Wicak menghampiri mereka, “Tobat?”
Jeanette mengangguk kaku. Natasha berujar, “Balikin nyawa gue.”  Wicak menggeleng, “Gue nggak bisa. Cuman elo yang bisa balikin sendiri. Balik menghadap Tuhan, lakukan yang benar, jalan di Jalan Tuhan yang 100% udah disiapin buat elo.”
Jeanette menatap Wicak. Bola matanya sudah ada lagi. Kedua gadis itu menangis deras. Murid-murid yang lain mendekati mereka dan menghibur keduanya.
“Maafin gue! Gue nggak bermaksud buat ngebawa Michael,” tangis Jeanette. “Gue disuruh bawa satu nyawa lagi dan ternyata Michael nggak berhasil!” Seru Jeanette. “Gue juga minta maaf! Gue terlalu depresi ama hidup gue yang maslahnya banyak!” seru Natasha.
Semua temannya tersenyum dan memeluk mereka. Victoria berujar, “Udah, nggak apa-apa. Kita semua udah maafin elu dari tadi.” Kesha tersenyum, “Persahabatan kita nggak akan pernah putus, kok. Walaupun dihalangin oleh rintangan.” Seungrin berujar, “Nggak ada yang salah sekarang.” Lacie menambahkan, “Dan nggak ada yang dirugikan!” Ruth tersenyum, “Have a faith on God. Have a trust on him.”  “Selain itu, percaya sama sahabat itu nggak ada ruginya kok!  Untung semua, mungkin!" Seru Diaz. “Kita nggak akan musuhin elu!” Seru Kenneth.
Dan mereka berkumpul di Ballroom, menunggu jam 3 pagi sambil menghibur teman mereka yang baru bangkit dari dalamnya kubur dunia menggiurkan.
Maka itu…

Have a faith on God. Have trust on Him

Friendships never had an ending

Trust and Faith



Finally, selese juga ceritanya :)
RT @Queen_Violette
Jelek ya? Maap
                                                         


Trust and Faith (Part 4)

Penasaran? Baca...
Nggak penasaran? Makasih :)


Jeanette, Michael, dan Natasha menatap pucat kedua teman mereka itu.
Tiba-tiba Michael berdiri sambil merengut kepalanya, “Aaargggh…!!!”  Ruth dan Wicak segera menghampiri Michael. Wicak menahan pergelangan Michale yang memberontak sambil mengusir iblis itu ditemani dengan Ruth yang mengalungkan Rosario itu pada leher Michael. “Keluar!” Seru Michael parau. “KELUAR dari tubuh gue..!” Geram Michael.
Lacie, Shane, Ica, dan Trixie berkumpul karena takut. Telapak tangan Yolen, Kesha, dan Lacie sudah basah karena gugup. Keringat keluar dari kulit Michael yang masih mengerang.
“Salam Maria penuh rahmat, Tuhan serta- Mu,”  Ruth mendoakan Salam Maria untuk ke tiga kalinya. “Dalam nama Bapa dan Puter dan Roh Kudus. Keluar..!”  Seru Wicak sambil memukul pelan kepala Michael. Remaja laki-laki yang pintar bermain piano itu tersentak.
Michael berdiri, ia sudah sadar sepenuhnya. “Gue kerasukan,”  bisik Michael lirih pada Ruth dan Wicak. Wicak mengangguk, “Kenapa bisa?”  Michael menggeleng, “Nggak tau. Rencana gue abis main ‘My Heart Will Go On’, gue mau mainin ‘Beauty and The Beast’. Terus jari gue kayak nggak kekontrol gitu dan semuanya jadi gelap. Dan gue sadar, gue pingsan saat itu.”
“Pingsan?” Tanya Trixie, “Terus yang mainin piano tadi siapa dong?” Timoteus menjawab, “Setan atau iblis.”  Victoria berujar, “Nggak ada yang tau.”  “Dan gue nggak mau tau,” sambar Ella.
Terjadi keheningan sebentar. “Masih jam 12 malem, nih.” Ucap Fuchu, “Kita mau ngapain?” Adiet mengambil alih, “Kayaknya kita harus kuasain dulu deh ketegangan ama emosi di sini. Auranya jelek banget.”  Natasha menolak, “Nggak ah. Gue suka aura begini.” Jeanette mengangguk, “Yoi, mencengkam.. Serem. Seru, deh!” Charlene menautkan dahiinya, “Lu berubah, ya, Jean?”  Jeanette bertanya balik heran, “Hah? Enggak, kok..”
“Jadi kita mau ngapain?” Tanya Shane. “Lebih baik nunggu sampe jam 3 pagi dan jangan sentuh piano itu lagi!” ujar Tara merinding.  “Kalo kita nunggu begini kayak kambing congek, gue males banget!” Bantah Haemin. “Terus lo maunya kayak gimana?” Seru Seungrin protes. Haemin agak terkejut mendengarnya, “Lho? Kok lo jadi nggak santai begitu? Gue males diem doang di sini!”
Kesha terlihat bermain dengan ponselnya. “Kes, lu kenapa asyik main hape gitu?” Tanya Diaz.  Kesha mendongakkan kepalanya, “E-eh? Oh, cuman iseng aja. Soalnya, hape gue bisa dijadiin kayak semacam radar gitu kalo ada yang aneh ama situasi beginian.” George dan Katrina terlihat bingung. “Radar apaan?” Tanya hampir sebagian teman-temannya, nyaris bersamaan.
“Radar, ya, radar. Susah ngejelasinnya. Tapi, radar buat nyari sesuatu yang aneh atau janggal di tempat ini. Misalkan, aura jelek atau hal-hal gaib gak jelas gitu deh….” Jelas Kesha panjang-pendek. Beberapa raut wajah murid-murid 7C terlihat ingin tau. “Kes, bisa nggak digunain sekarang? Gue kepo gara-gara kejadian tadi,” ucap Ella sedikit tak sabar. “Ah, anak kepo. Kampungan amat,” cemooh Aldoker. “Emang elu pernah liat radar begituan?” Tanya Ella. “Nggak,” Jawab Aldoker.
Kasha mengangkat kedua bahunya, “Mungkin aja.” Kembali ia berkutik dengan ponselnya. Entah ada apa, namun ponsel Kesha yang terlalu canggih dengan alat mata-mata itu mengeluarkan cahaya biru di ujungnya. Kasha mengarahkan ponselnya ke segala tempat.
“Radar aura jelek yang lagi gue pake,” ucap Kesha. Ia berjalan pelan ke sana kemari sambil melihat ponselnya. Lalu ia berhenti di antara Jeanette dan Natasha. “Kenapa?” Tanya Kiiro. “Kok, berhenti?” Tanya Marci sambil menautkan kedua alisnya. Kesha menggenggam erat ponselnya dan menghela nafasnya berat, “Jeanette sama Natasha kenapa ngeluarin aura buruk?”


RT @Queen_Violette
No flames! 

Sabtu, 31 Maret 2012

Trust and Faith (Part 3)

Part 3
No flames..!


Mereka keluar lalu celingak-celinguk ke sana kemari. “Btw, Ballroom di mana, ya?” Tanya Vinsensius. Seungrin mengangguk, “Iya, di mana, ya?”
Theo lalu menggelengkan kepalnya, “Ck..ck..ck.. Emang, ya, anak jaman sekarang, tuh, pada buta. Nggak baca apa tulisan segede gentong di atas itu?” Tania mengerutkan dahinya, “Tulisan apaan?” Theo menghela nafasnya, “Beruntung banget lu perempuan. Kalo enggak, udah gue jitak dari tadi. Itu di atas..!” Semua anak selain Theo mendongakkan kepalanya lalu secara bersamaan mereka berkata dengan santainya, “Oooohhh…..” Theo menggeram, “Uuuurgghhh…” Vinsensius langsung ambil alih. Ia berpura-pura merapikan jas Theo dan menggeleng-gelengkan kepalanya, “Nggak. Lu gak boleh marah-marah. Ntar nggak cakep lagi, lho. Tuh, jasnya udah nggak rapih lagi.”
Mereka semua langsung tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Vinsensius terhadap Theo. Sementara Theo hanya bergumam tak jelas.
Michael dan Cornelius langsung membuka pintu Ballroom tersebut. “Ladies first,” sengir Michael terhadap para perempuan itu. Jeanette, Kesha, Seungrin, dan Tania masuk. Cornelius lalu memandang Yolen, “Lho, Yolen kenapa nggak masuk?” Yolen langsung menjawab, “Lho, siapa? Gue? Gue, kan, laki-laki.” Vinsensius menyambar, “Ape kate lu,dah…” Ia pun langsung masuk.
Ballroom tersebut benar-benar indah dan megah. Lampu-lampu Kristal bening digantung di atas, panggung kecil di depan, dan meja-meja bundar di segala tempat. Di sisi kanan terdapat meja persegi panjang yang di atasnya terdapat berbagai macam makanan pembuka dan penutup. Mulai dari makanan barat sampai makanan nusantara pun disajikan. Murid-murid sudah masuk ke dalam Ballroom dan duduk bersama di salah satu meja.
Mereka bersembilan langsung mengambil tempat duduk di sebelah meja dimana Charlene, Shane, Trixie, Lacie, Seraphine, Ruth, Christina, Claudia, dan Tara. “Hai,” Ujar mereka bersamaan. “Hai juga,” Balas kesembilan anak itu. Mereka langsung duduk karena Ibu Astuti sudah membawa mikrofon ke panggung dan akan mulai berbicara.
“Selamat malam Bapak Ibu guru dan Siswa siswi kelas 7 SMP Santa Ursula BSD..!” Seru Ibu Astuti semangat. “Selamat malam, Bu..!” Balas murid serta guru-guru dengan semangat.
Ibu Astuti tersenyum sebentar, “Malam hari ini kita harus mengucapkan terimma kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah mengumpulkan kita semua di sini.” Dan terus berlanjut pidato dari Ibu Astuti. Namun, kali ini ada yang berbeda dari wajah para murid. Mereka tidak terlihat mengantuk atau bosan. Mereka menikmati. Mungkin karena mereka semangat akan kegiatan ini.
2 menit kurang Ibu Astuti menyampaikan secara singkat, padat, dan jelas akan kegiatan yang akan dilakukan di Yogyakarta. Permasalahannya, penyakit lama kelas 7C mulai kambuh kembali. Mereka sibuk berbicara satu sama lain. Kemungkinan besar membicarakan tentang ‘liburan’ mereka di Yogya ini.
Ibu Astuti sudah menegur mereka 3 kali dan para murid kelas 7C sama sekali tidak mengubrisnya. Mereka diam sejenak lalu mulai berbicara satu sama lain lagi. “Kelas 7C ini sudah ke empat kalinya saya peringatkan kalian, bukan? Karena itu kalian dikurung di Ballroom sampai jam 3 pagi..!” Kesabaran Ibu Astuti sudah mulai habis. Katrina melirik Pak Aris yang sekarang wajahnya sudah tertekuk oleh hukuman Ibu Astuti pada murid-murid asuhannya.
Selesai sudah sambutan dari Ibu Astuti dan sekarang waktunya makan malam.! Semua murid langsung berbaris tak sabar di meja yang sudah disediakan berbagai macam makanan pembuka dan penutup. Para guru kadang hanya menggelengkan kepala melihat tingkah murid didik mereka yang rakus ini. Dan ketika para guru yang mau mengambil makanan itu, hanya terdapat sisa-sisa sedikit untuk dimakan. Sabar, ya, Pak.. Sabar, ya, Bu.. Tabah, tabah…
“Waaa…. Kambing lapar…!” Seru Lius ketika melihat makanan yang bertumpuk di depannya sudah habis. “Kambing!” pekik Jeanette. Lius menatap Jeanette penuh tanya, “Hah?” Gadis itu menepuk dahinya pasrah. Ica, yang duduk d sebelah Jeanette, langsung menepuk-nepuk bahu Jeanette sambil berkata, “Sabar, ya? Sabar…” Jeanette hanya mengangguk pasrah.
Lius menautkan kedua alisnya. Ia bertambah bingung, “Apa, sih?” Ica berseru, “Woy..! Lu udah makan banyak masa gak puas-puas?!” Terdapat keheningan sejenak, “Itu doang?” “Kambiiiinnggg…!!” Seru teman-temannya yang berada satu meja dengannya. Lius menyengir tanpa rasa bersalah.
Setelah makan, mereka kembali ke ruangan masing-masing. Namun, tidak dengan kelas 7C, mereka menetap di Ballroom. Sebelum mereka dikurung dan dibebaskan untuk memakai peralatan apapun di ruangan itu Pak Aris berkata, “Jangan macam-macam, ya? Saya sangat kecewa.”
Dan Pak Aris keluar lalu mengunci ruangan itu. Setelah yakin tak ada yang mendengarkan murid-murid berseru senang, “YEAH…!!!” Dan mereka tertawa bahagia. “Kita bebas..!! We’re Free…!!” Seru Michael sambil berlarian ke sana kemari. “Gue bangga jadi 7Cemangka..!” Seru Ica senang. Sementara yang lain sudah menggila, Katrina, George, Timothy, Marci, Kiiro, dan Eduard duduk termangu meratapi nasib mereka terkurung.
“Lagian mereka ribut..!” Seru Katrina. Marci mengangguk, “Iya, aku juga udah ngantuk soalnya.” “Udahlah, mereka cuman terlalu semangat, kok,” ucap Kiiro menenangkan. Eduard mengangguk, “Ya udah. Mau buat apa lagi?” Mereka berempat hanya mengangkat bahu tak peduli.
Michael lalu berjalan menuju piano elektronik yang terletak di sisi kanan panggung. Icaa yang melihat itu langsung berteriak nyaring, “Mainin pianonya, Mike!” Michael menatap teman-temannya sebentar, “Serius?” Beberapa temannya langsung menyahut, “Iya! Ayo, Mike..!” Pemuda itu mengangkat bahunya lalu mulai memainkan lagu “My Heart Will Go On” dari Celline Dion.
Sontak, semua murid langsung terhanyut dalam permainan indah Michael CFT. Alunan music yang indah, lembut. Legato. Begitulah para pianis menyebutnya. “My  heart will go on and on,” Terdengar lirik terakhir yang dinyanyikan murid-murid 7C dengan merdu.
Hening sejenak setelah lagu dinyanyikan. Dan tiba-tiba, “Woooohh….!!!” Murid-murid bersorak-sorai gembira. Berloncatan ke sana kemari, berputar-putar, dan berteriak-teriak.
Lalu semua aktifitas tersebut terhentikan oleh permainan piano Michael yang sedikit.. mencengkam. Seisi ruangan diam, tak ada yang berbiacara. Semua mata tertuju pada Michael yang kepalanya tertunduk pada piano yang sedang dimainkannya. Semua murid tau lagu ini. “Michael ngapain main Gloomy Sunday?” Tanya Ica tiba-tiba.
Beberapa murid berpandangan satu sama lain. “Kayaknya ada yang nggak beres, deh…” Ucap Kesha sambil mendekati Michael. “Kes, jangan!” Sergah Charlene. Namun Kesha tetap mengikuti naluri dan menghiraukan bantahan Charlene. Ica dan Jeanette mengikuti Kesha dari belakang. “Gila, permainannya… Ngeri gue,” ucap Vinsensius tiba-tiba. Bahkan, Timoteus dan teman-temannya pun ingin menyaksikan apa yang terjadi.
Tep.. Tep.. Hanya terdengar langkah kaki Kesha, Ica, dan Jeanette. “Mike?” Panggil Ica. “Mike?” Sekali lagi Ica memanggil sahabatnya itu, “Michael?” Kesha menyuruh Ica untuk diam sebentar. Ia mengerutkan keningnya, heran dan takut. Perlahan, ia menaruh tangan kanannya di pundak Michael, “Mike?”
Sekitar sedetik, tak ada yang terjadi. Namun setelah itu, Michael menatap Kesha mengerikan. Tak ada bola mata. Hilang. “Kyaaaaa…..!!!!!!” Seru Kesha, Jeanette, dan Ica secara bersamaan. Mereka bertiga turun dari panggung itu dengan segera. “Michael! Elu mau ngebunuh kita apa?!” Protes Jeanette tak terima. Pemuda itu tak menjawab. Ia hanya tersenyum mengerikan.
“Mike! Elu kenapa, sih?!” Tanya Lius sedikit panik. Alih-alih Michael menjawab, Natasha mengambil alih, “Paling dia cuma main-main.” Yolen mendorong Natasha, “Cuma lu bilang?! Enam tahun gue satu sekolah ama dia, enam tahun juga gue nggak pernah ngeliat dia kayak gini..!” Charlene langsung menarik lengan Yolen, “Udah… Jangan emosi dulu.”
“Michael, lu sebenernya kenapa sih?!” Seru Lacie. Michael menatap Lacie marah. Tak ada jawaban, tetap hening. “Gue tau dari awal emang nggak ada yang bener dari hotel ini,” ucap Tara takut. “Kenapa harus hotel ini bener-bener untuk kita gitu, lho? Nggak masuk akal..!” Seru Tania. Beberapa anak mengangguk setuju. “Stop, stop. Kita udah di sini dan permasalahan ini nggak bisa kita selesain dengan emosi. Tahan dulu,” ucap Vani. Gadis berambut hitam kecokelatan itu lalu menatap Wicak, “Menurut lu ini kenapa?” Wicak menatap Vani dalam, “Kerasukan.”
Beberapa murid menahan nafas mereka, kaget. “Dari mana lu bisa ngambil kesimpulan itu?” Tanya Shane sedikit sewot. Dengan cepat Wicak menjawab, “Perhatiin matanya, cara dia ngeliat elu. Kerasukan.” George menatap Wicak, “Lu bisa ngeluarin?” Wicak terlihat seperti berpikir sebentar, “Oh..! Gue bawa Rosario.” Natasha dan Jeanette terlihat memucat. Ica yang melihat hal itu segera bertanya, “Napa lu, Jean?” Jeanette menatap Ica, “E-eh? Nggak.. Nggak apa-apa..”
“Ruth, bisa bantuin gue nggak?” Tanya Wicak. Ruth terlihat sedikit terkejut, “E-eh? Tapi, gue nggak bawa Rosario.” Wicak mengangkat kedua bahunya, “Bantuin doain Rosario, gue bakal ngusir iblis itu.” Ruth mengangguk dan mengambil Rosario kepunyaan Wicak.

~RT @Queen_Violette
~Next part... Coming soon

Trust and Faith (Part 2)


Part 2
No flames..!


“Jangan berisik saya bilang! Sudah, balik ke tempat duduk masing-masing..!” Perintah Pak Aris pada murid-murid asuhannya. Dengan langkah gusar dan malas, mereka semua duduk ke tempat duduk masing-masing. Kelompok yang memisahkan diri dari Lacie dan kawan-kawan menatap mampus-lo pada kawanan itu atau sekadar menatap saja. Namun tak ada satu orang pun yang melihat Nathasha tersenyum mengejek.
Yah, memang ini sudah menjadi khas kelas 7C. Sekitar 15 menit mereka terjebak dalam kesunyian yang membosankan – walaupun masih ada yang berbicara pelan di sana sini – makanan kecil dibagikan. Pak Aris mengirimkan makanan dari depan dengan cara estafet. Mereka saling mengoper sebuah kue soes dan sebuah kue mangkuk. Selesai sudah makanan kecil dibagikan, beberapa ada yang langsung melahap kue tersebut. Contohnya saja Wicak yang memang dari tadi terlihat lesu dan wajahnya langsung cerah ketika dibagikann makanan kecil. Adiet, sang ketua kelas yang banyak makan, segera melahap 2 kue lezat tersebut dengan satu gigitan. Fuchu langsung membuka kue soes tersebut dan melahapnya.
“Ya, kalian boleh memakan kue tersebut. Jangan sampai ada yang tercecer. Ya, Michael?” Ujar Pak Aris saat menangkap Michael sedang asyik berbicara pada Ella. Michael dengan cepat mengubah posisi duduknya. “Ya, jangan sampai ada yang tercecer. Jaga kebersihan,” ujar Pak Aris sekali lagi. Beberapa anak hanya mengangguk karena sudah sibuk dengan kuenya masing-masing.
“Ih, Christina makannya, kok, kayak gitu, sih?” Tanya Claudia sedikit mendelik pada temannya yang suka melucu itu. “Wimana Awanya?” balas Christina dengan mulut penuh kue mangkuk. “Ya, elu telen dulu makanannya,” saran Ruth sambil tersenyum meskipun jijik juga. Christina mengunyah cepat lalu menelannya, “Gimana apanya, Clau?” “Makannya! Jorok banget..!” seru Claudia dengan suara medoknya yang khas. Christina terkekeh, “Maap, ya? Hehehe…” Claudia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Fuchu, makannya pelan-pelan,” ujar Lun-ah. “Hm?” Balas Fuchu. “Pelan-pelan makannya,” ulang Lun-ah sekali lagi. “Sori, Lun. Gue laper banget, sumpah.” Lun-ah hanya mengangguk. “Ntar tambah gendut, lho,” cerocos Haemin tenang. Fuchu dengan cepat menjawab, “Nancep, Min.” Haemin hanya menyengir tak bersalah.
“Pantat gue mati rasa, Te,” ujar Vinsensius tenang pada Theo. PLAK. Theo memukul pundak Vinsensius, “Gue lagi makan..! Jorok banget, sih, lu..!” Dengan malas dan tenang Vinsensius menjawab lagi, “Gue lagi, kan, yang salah?” “Waktu lu gak pas, Vin. Makanya semua salah lu. Ampe gue dapet nilai jelek aja salah lu..!” Vinsensius menatap Theo tak percaya, “Lho? Kok, gitu?” “Gimana gak elu yang salah kalo lu salah ngasih info ke gue. Wong disuruh belajar bab 4 lu ngasih tau bab 6. Gimana, sih?” protes Theo frontal. “Ya, maap,” ujar Vinsensius acuh tak acuh. “Nilai gue gimana?!” Seru Theo. “Gue udah minta maaf..!” balas Vinsensius tak kalah rusuh. Lalu dengan peringatan Wicak yang bijaksana, Putra Altar, panggilan Tuhan (kita juga, sih) mereka berdua bungkam mulut.
Tiba-tiba bis berhenti di  pom bensin. “Ayo, ada yang mau ke toilet?” Tanya Pak Aris. “Berhentinya cuman satu kali, lho..” Lalu sebagian murid langsung meninggalkan bis dan membawa uang Rp 1.000, 00 untuk diberi ke tip. “Lu gak ke toilet, Rin?” tanya Lacie pada Seungrin. Siswi keturunan Korea Selatan – sama seperti Haemin – itu menolehkan kepalanya ke Lacie dan tersenyum, “Ah, enggak. Gue gak buang air kecil sebanyak itu.” Lacie mengangguk lalu pergi ke toilet bersama Shane yang menggandengnya.
Karena banyak yang ingin pergi ke toilet, murid yang tidak buang air kecil harus menunggu selama 8 menit untuk mengumpulkan kembali teman-teman mereka yang sudah lega. “Puas?” Tanya Pak Aris bergurau. Murid-murid mengernyit. “Puas apanya?” Tanya Haemin. “Udah puas belum buang airnya?” Sengir Pak Aris. Kesha memutar bola matanya, “Pfft.. Gue kira apa..” Yolen mengangguk, “Tau, tuh. Ikut campur aja..” Kesha hanya mengangkat kedua bahunya tak peduli.
Bis pun mulai bergerak lagi. Mereka sudah sampai di tol memasuki wilayah Yogyakarta. Karena tak ada kesenangan yang mau dilakukan lagi di dalam bis, murid-murid memutuskan untuk tidur. Night night.. Mereka semua sudah memasuki Tanah Mimpi dimana semua menjadi kenyataan. Wicak yang bermimpi menjadi orang paling bijak dan beriman. Haemin, Seungrin, dan Fuchu yang memimpikan pujaan hati mereka. Yolen yang memimpikan menjadi laki-laki itu banyak gunanya. Lius dan Michael yang memimpikan menjadi pemain basket internasional. Christina, Adiet, dan Adi yang memimpikan Sweet Land dimana semua makanan manis terdapat di sana. Lalu ada Katrina yang memimpikan bahwa ia merupakan anak penyihir. Kiiro dan Marci, anak keturunan Jepang –seperti Fuchu dan Lun-ah – yang memimpikan tentang anime dan manga yang sedang mendunia saat ini. Kesha yang memimpikan akan selalu berusaha menjadi orang yang perfeksionis dan mempunyai kekasih, yaitu Greyson Chance. Charlene yang memimpikan semua lelaki cakap di dunia bisa mempunyai hubungan khusus dengan dirinya. Lalu ada Ica yang memimpikan bahwa ia merupakan seorang bintang penyanyi terkenal dan diperebutkan oleh laki-laki. Jay juga bermimpi ia menjadi presiden terbaik dan terhebat di Indonesia karena dapat mengatasi semua masalah. Dan masih banyak lagi. Sangat mengasyikkan ketika kita tertidur dan kemudian semua menjadi kenyataan, namun –
“Anak-anak, bangun..!” Suara pria terdengar di mikrofon bis tersebut. Murid-murid kelas 7C masih saja menggeliat, menolak untuk bangun dari mimpi mereka yang tidak dapat diganggu. “Anak-anak, kta sudah sampai,” ujar suara itu sekali lagi. Beberapa murid yang tidak malas, seperti Jay, Wicak, Kiiro, Marci, Nathasha, Vani, Eduardus, dan lainnya mengerjapkan mata mereka. “Kita sudah sampai,” ujar suara yang ternyata dimiliki oleh wali kelas mereka sendiri. “Hey..!” Tegur Pak Aris tak sabar karena masih banyak yang bermimpi. Pak Aris lalu membesarkan volume mikrofon lalu berkata sebentar pada supir, kondektur, dan murid-murid yang sudah terbangun, “Tutup telinga kalian sebentar.” Eduard dan Vani saling berpandangan lalu mengangkat kedua bahunya tak tahu. Mereka segera menutup telinga mereka. “Anak-anak, bangun..!” Seru Pak Aris pada mikrofon yang telah dibesarkan volumenya.
Murid-murid terlonjak kaget. “Whoa..! Anjing gue dicuri!” Seru Michael terkejut. “Anting gue ilang..!” Pekik Shane tak jelas. “Ulet..!” Seru Kesha asal. “Gue mau jadi cowo..!” Yolen berseru dengan suara beratnya. Lalu mereka semua menghadap ke arah Yolen dengan tatapan maksud-lo?  Yolen dengan cepat menjawab, “Itu gak sengaja. Sori.” Michael langsung berbicara, “E-eh, gue juga ga sengaja tadi..” “Gue juga, maaf,” ujar Shane. Wajahnya memerah malu. “Umm, gue juga,” ujar Kesha. Pak Aris menggelengkan kepalanya, “Nah, kita sudah sampai. Ayo, segera periksa barang bawaan kalian dan jangan sampai ada yang tertinggal di dalam bis. Kalau sudah, kita turun.” Semua murid segera berdiri dan memeriksa tas ransel atau tas selempang mereka yang dipakai untuk membawa peralatan teknologi dan semacamnya. Setelah yakin, tak ada yang tertinggal, mereka mengucapkan terima kasih pada kondektur dan supir bis. Satu per satu mereka turun dan tetap tak ada yang mengetahui ketika Nathasha menatap supir bis dengan tatapan aneh. Bola matanya menghilang dan yang ada hanyalah bagian putihnya. Sementara itu sang supir malah membalasnya santai karena ia juga memiliki ‘kemampuan’ seperti itu.
“Wuoh, Grand Royal of Yogyakarta..!” Seru Adi. “Woy, kampungan..!” Seru Kenneth pada Adi. Jay dengan cepat memprotes, “Kenneth, Adi berhak untuk mengagumi tempat yang indah ini. Kau-“  “Iya, Jay,” angguk Kenneth, mencoba menjauhi diri dari ceramahan Jay yang menyebalkan. Jay sebenarnya benar. Adi dan yang lainnya pantas untuk mengaggumi tempat indah bernama Grand Royal of Yogyakarta itu. Bangunan megah pentagon berwarna cream dengan air mancur berpatung batu keramik. Air mancur tersebut seakan-akan menari sesuai irama lampu warna warni yang dinyalakan di bawah air tersebut. Ukiran berwarna emas yang bertuliskan ‘Grand Royal of Yogyakarta’ itu berkerlap-kerlip di bawah jingganya langit barat.
Saat mereka masuk, keadaan sungguh di luar dugaan mereka. Hotel yang mewah dan pantas dibintangi enam, jika mereka yang menilai, itu memiliki lobi yang benar-benar mewah. Langit-langit tinggi berporselen dihiasi dengan lampu Kristal yang indah. Lantai keramik yang diukir melingkar-lingkar berwarna cokelat sangat indah. Terlebih lagi, terdapat tangga berputar menuju lantai Upper Ground. Tangga tersebut benar-benar elegan. Dilapisi dengan karpet hitam di tengahnya lalu ukiran-ukiran melingkar di pegangannya membuat murid-murid kelas 7 tak dapat menguasai ke-jaim­-an mereka. Bagi yang tidak ingin capek jika menaiki tangga dengan barang berat, mereka dapat menaiki eskelator yang terdapat di sebelah kanan lobi atau lift di belakang tempat pendaftaran.
Semua murid memiliki hak untuk terperangah pada keindahan dan kemewahan hotel tersebut. Memang pantas dinamai ’Grand Royal’. Wali kelas menyuruh mereka untuk duduk di sofa-sofa banyak yang dapat memuat 7 orang di sana. Bantak yang empuk, kursi yang nyaman dan warna-warna merah, cokelat, dan cream membuat hasrat siswa siswi kelas 7 terbangkitkan untuk duduk di sana. Beberapa murid yang tidak mendapatkan sofa, para pelayan dengan senang hati meminjamkan kursi empuk, walau tak seempuk sofanya, dari ruang belakang. Dengan begitu, tak ada perkelahian di antara mereka semua.
Lalu mereka dikumpulkan per kelas untuk dibacakan teman sekamar mereka. Anak-anak perempuan akan mendapatkan Suite Presidential  karena di dalam mereka akan terdapat 5 orang atau lebih, sementara yang laki-laki akan mendapatkan kamar Superior, kecuali beberapa yang terdapat muridnya lebih dari 4. Lalu dibacakanlah teman sekamar mereka oleh wali kelas, “Kamar 70 isinya Aldoker, Adi, Eduard, Diaz, dan Wicak. Kamar 71 isinya George, Kenneth, Timoteus, Glenn, Adiet, dan Jay. Kamar 72 isinya Yolen, Kesha, Seungrin, Jeanette, dan Tania. Kamar 73 isinya Haemin, Fuchu, Lun-ah, Victoria, dan Tara. Kamar 74 isinya Lius, Michael, Theo, dan Vinsensius. Kamar 75 isinya Seraphine, Ruth, Christina, Claudia, dan Lacie. Kamar 76 isinya Shane, Katrina, Vani, Ella, dan Trixie. Kamar 77 isinya Charlene, Nathasha, Marci, dan Kiiro. Semua kamar ini ada di lantai 7. Jangan lupa jam delapan nanti kumpul di Ballroom. Nah, ayo berangkat..!” Seru Pak Aris sambil membagikan kunci masing-masing kamar.
Dengan segera, mereka menaiki lift dan menuju lantai 7. Lift tersebut dapat memuat maksimal 20 orang. Tetap dengan kemewahan yang tertera dalam lift tersebut. Kamera pengawas juga terpasang di sudut kanan atas jika terdapat kesalahan atau kecelakaan. Lalu secara lega dan senang mereka mengucapkan selamat bersenang-senang satu sama lain, “Bye, see you jam delapan di Ballroom, ya?” Dan mereka dengan letih namun juga senang berjalan sambil membawa barang bawaan mereka ke kamar masing-masing.
Koridor di hotel tersebut dilapiskan karpet merah dan sangat sunyi. Lalu mereka ingat akan perkataan Pak Aris minggu lalu bahwa hotel tersebut sudah dipesan khusus untuk murid Santa Ursula dan tidak akan ada orang yang mengganggu mereka. Pemesanan hotel untuk ketiga hari ini ditutup. Kelas 7A memakai lantai 5, kelas 7B memakai lantai 6, kelas 7C memakai lantai 7, kelas 7D memakai lantai 8, dan kelas 7E memakai lantai 9. “Ngeri juga kalo sepi begini, ya?” tanya Seungrin meminta persetujuan. “Iya, hati-hati di belakang, ya, Rin?” ceplos Nathasha mencurigakan. Seungrin hanya mendelik pada Nathasha.
Suasana di hotel itu cukup mencengkam. Hotel berbintang lima itu terasa sangat menyeramkan jika yang menempati hanya murid-murid Sanur, 5 wali kelas, dan beberapa kelompok pelayan yang bekerja di sana.
Dingin. Itulah yang dirasakan murid-murid kelas 7C ketika membuka pintu kamar tersebut. Mereka masih saja tidak perduli dengan hal itu. ‘Paling suhu AC-nya gue turunin biar gak sedingin ini,’ batin Ica meskipun ia juga tetap gugup. Ya, kamar tersebut memang sangat bagus. Ruangan yang besar. Begitu masuk, murid-murid perempuan terperangah takjub karena saat masuk langsung terdapat sofa panjang yang dapat diubah menjadi tempat tidur. Bantal-bantal yang empuk, selimut yang hangat, dan special langsung menghadap ke televisi LCD yang ditempel di dinding depan sofa tersebut. Di samping sofa tersebut, terdapat meja makan dengan kayu terbaik dan cermin dengan ukiran Jawa yang indah. Mereka berbelok ke kiri dan ditemukan kamar mandi dengan Jacuzzi kayu terbaik. Cukup luas dan nyaman.
Seungrin, Kesha, Yolen, Jeanette, dan Tania segera mengubah sofa tersebut menjadi tempat tidur. Mereka lalu merebahkan diri dan menyalakan televisi. “Kita mau nonton apa, nih?” Tanya Jeanette. “Film aja. Paling HBO,” balas Yolen cuek. Jeanette segera mengatur saluran televisi dan ternyata HBO sedang memutarkan film Harry Potter and The Deathly Hallows bagian pertama. “Oh, HP…” ujar Tania. “Kes, katanya lu suka HP, kok, gak ada respon?” Tanya Seungrin. “Gak, gue gak suka HarPot. Gue suka Draco Malfoy, kok..” Kesha terkekeh pelan. “Yeah.. Yeah..” ujar mereka minus Kesha sarkastis.
Mereka berlima menonton flim tersebut dengan perasaan biasa saja karena sudah pernah melihat film tersebut. Namun yang membuat mereka ribut adalah Kesha. Karena setiap kali terdapat adegan Draco Malfoy, ia pasti langsung berteriak-teriak tak jelas meskipun hanya sebentar. Film tersebut lalu selesai sekitar jam 7 malam.
“Udah, yuk?” ajak Seungrin. “Siapa yang mau mandi duluan?” Tanya Tania. “Biar adil pake nomor absen aja,” usul Jeanette. “Jeh, berarti gue paling akhir, dong?” tanya Kesha tak percaya. “DL,” ucap Tania acuh tak acuh. Kesha hanya mendelik sebal.
Akhirnya semua sudah selesai mandi dan berpakaian. Baju yang mereka pakai merupakan gaun pintar yang elegan. Mereka menata rambut dan dandanan mereka dengan simple, namun menawan. Ya, gorgeous. “Udah?” Tanya Seungrin. Yang lain mengangguk. “Yuk,” ujar Tania sambil membuka pintu. Michael dan kawan-kawan ternyata keluar pada saat yang bersamaan.
“Hai..!” Seru Michael, Vinsensius, Theo, dan Lius hampir bersamaan. “Hai, juga..!” Balas kelima perempuan itu ceria. “Bareng, yuk?” ajak Vinsensius. Tania mengangguk. Mereka berjalan menuju lift dan turun 5 lantai ke lantai 2. Dan saat itulah Yolen mulai menggerutu panjang tentang acara ini.
“Kenapa, sih, harus pake gaun dan make-up yang ribet ini?” geramnya saat berada di dalam lift. “Pakaian formal, kan, bisa pake celana kain ama kemeja.”
Anak laki-laki terkekeh pelan. “Elu tomboy, sih, Yol..” ujar Cornelius. “So what?” Yolen mendelik pada Lius. “Pake gaun bentar gak apa-apalah. Kan, lumayan kalo misalnya ada yang mau nembak elu,” sengir Michael. “Wuoh….” Seru anak-anak perempuan minus Yoleen. “Mike, berencana nembak Yolen, ya?” Senyum jahil tertera jelas di wajah Jeanette. Michael mengangkat salah satu alisnya, “Maksud lo?” Yolen sudah akan memukul Jeanette ketika pintu lift terbuka di lantai 2.


~RT @Queen_Violette
~ Next part....